Ekonomi tumbuh positif setelah minus pada 2020. Apabila dibedah, dari angka pertumbuhan ekonomi 3,69% pada 2021, sebesar 1,21% berasal dari komponen investasi atau penanaman modal tetap bruto (PMTB). Besaran ini menjadikan investasi sebagai sumber pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan konsumsi masyarakat, belanja pemerintah maupun ekspor-impor.
Mayoritas investasi terdongkrak dengan pelonggaran pembatasan sosial, khususnya di sektor jasa. Misalnya sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran yang berhasil mencatat realisasi investasi jasa terbesar pada 2021 mencapai Rp117,4 triliun.
Perumahan dan perkantoran sebetulnya sangat terpukul di saat pandemi. Penjualan apartemen sepi peminat. Perkantoran terdampak paling signifikan akibat pola kerja dari rumah yang tampak dari turunnya penyewaan ruang dan gedung perkantoran.
Kenaikan investasi di sektor tersebut terjadi karena gencarnya pemerintah dalam membangun kawasan industri. Penjualan lahan industri meningkat, terutama di luar Jawa. Misalnya di Kawasan Industri Morowali yang okupansinya hampir penuh diisi oleh industri pengolahan nikel dan turunannya.
Posisi investasi yang menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi di 2021 juga tidak terlepas dari andil investasi manufaktur yang solid pada industri kimia farmasi dan logam dasar. Investasi pada kimia farmasi tumbuh signifikan di saat pagebluk, yang dikerek oleh peningkatan produksi barang kesehatan, seperti antiseptik, obat-obatan dan suplemen yang permintaan domestiknya sedang tinggi.
Adapun, industri logam dasar sejak kuartal IV/2019 investasinya sudah tumbuh pesat. Investasi pada industri ini merupakan yang tertinggi pada 2021 sebesar Rp117,5 triliun. Peningkatan produksi besi dan baja, tingginya permintaan luar negeri untuk ferronickel, stainless steel serta bahan baku pembuatan baterai mendorong lonjakan investasi industri logam dasar, khususnya pada industri pengolahan nikel.
Kebijakan hilirasi produk tambang dari pemerintah turut menyuburkan investasi pada industri logam dasar. Efeknya, pembangunan smelter nikel meningkat, sehingga turut mengerek permintaan bijih nikel sebagai bahan baku industri. Hal ini yang kemudian juga mendorong pertumbuhan investasi di sektor hulu pertambangan.
Untuk 2022 pemerintah menargetkan investasi Rp 1.200 triliun atau tumbuh 33,3% dibandingkan tahun lalu. Tentu tidak mudah untuk mencapainya karena di lima tahun sebelumnya rata-rata pertumbuhan target investasi adalah 8,7% per tahun. Namun beberapa sektor sangat potensial untuk mendukung pencapaian target investasi dimaksud.
Sektor jasa yang merupakan penyumbang utama investasi kemungkinan besar akan semakin membaik. Sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, transportasi, gudang dan telekomunikasi, listrik, gas dan air, perdagangan dan reparasi, serta hotel dan restoran yang bergantung pada mobilitas akan dapat bergerak lebih leluasa.
Begitu pun investasi pada industri logam dasar yang masih akan terdorong oleh tingginya permintaan produk turunan nikel. Terlebih harga nikel domestik yang sangat murah, jauh di bawah level harga nikel dunia bisa menjadi magnet bagi investasi asing.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia, harga terakhir untuk bijih nikel 1,8% pada Shanghai Metals Market (SMM) mencapai US$ 114—US$116 per ton dan di Asian Metals US$113—US$115 per ton.
Adapun di pasar domestik, harga bijih nikel 1,8% terbaru berdasarkan Harga Patokan Mineral (HPM) hanya dipatok US$50,5 per ton untuk moisture content (MC) 30% dan US$46,94 per ton untuk MC 35%.
Industri makanan minuman juga menunjukkan peningkatan kinerja. Pusat perbelanjaan, restoran/rumah makan, kafe dan tempat pariwisata diizinkan beroperasi lebih lama dengan kapasitas pengunjung yang lebih banyak dan waktu makan di tempat lebih panjang.
Beragam acara internasional seperti Formula E, FIBA Asia Cup, World Superbike dan MotoGP di Sirkuit Mandalika yang rencananya diadakan di Indonesia pada tahun ini juga menjadi stimulan konsumsi masyarakat.
Selain itu investasi di industri kendaraan bermotor akan disokong oleh insentif Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk Kendaraan Bermotor yang diperpanjang sampai September 2022.
Kebijakan ini merangsang konsumsi kelas menengah-atas. Di sisi lain, peningkatan kinerja industri kendaraan bermotor juga akan memberikan efek pengganda pada permintaan dan investasi industri pendukungnya, seperti industri logam dasar serta industri karet dan plastik.
Adapun investasi di sektor primer, utamanya hulu pertambangan sedang dalam tren peningkatan. Faktor tingginya harga komoditas tambang seperti minyak mentah, tembaga, nikel, dan batu bara tampaknya masih akan berlanjut. Tendensi kenaikan harga komoditas sebetulnya sudah agak melambat di awal 2022. Namun, konflik Rusia dan Ukraina kembali mendongkrak harga minyak dunia yang diikuti harga energi lainnya.
Secara umum banyak faktor yang menguatkan investasi di tahun ketiga pandemi ini. Walaupun tidak bisa dipungkiri variabel ketidakpastian masih ada seperti efek samping normalisasi kebijakan, potensi varian baru Covid-19 hingga konflik geopolitik yang terjadi belakangan.
Ketidakpastian inilah yang perlu dimitigasi di awal oleh pemerintah dalam rangka mencapai target investasi yang sudah ditetapkan sebelumnya.