Bisnis.com, JAKARTA – Beras menjadi komoditas terbaru yang ikut terdongkrak harganya akibat perang Rusia-Ukraina.
Harga beras terdongkrak akibat para trader mulai bertaruh komoditas tersebut akan menjadi alternatif gandum, yang saat ini harganya terus melambung.
Ekspor gandum dari Rusia dan Ukraina berkontribusi lebih dari seperempat dari perdagangan hasil pertanian dunia dan seperlima dari penjualan jagung global. Pengiriman dari 2 negara tersebut sudah kacau sejak krisis geopolitik berkecamuk.
“Semua orang mencoba membeli semua tipe tepung yang bisa mereka dapatkan. Dengan pasokan gandum yang mengetat di pasar dunia, maka anda akan melihat permintaan beralih ke beras,” kata Kepala Ekonom Komoditas StoneX Arlan Suderman, dikutip dari Bloomberg, Jumat (4/3/2022).
Semua harga komoditas dari gandum, minyak mentah, hingga pupuk tercatat terus melambug sejalan dengan kekhawatiran terhambatnya rantai pasokan akibat perang. Kondisi ini diperkirakan memacu inflasi dunia di tengah darurat pangan.
Harga beras melonjak 4,2 persen menjadi US$16,89 per 100 pounds, level tertinggi sejak Mei 2020. Harga beras juga melaju naik ke level 11 persen secara mingguan, tertinggi sejak 2018.
Namun, kabar gembiranya, pasokan beras dunia masih cukup banyak yang datang dari eksportir terbesarnya yakni India. Pasokan beras global diperkirakan meningkat 0,4 juta ton.