Bisnis.com, JAKARTA - Industri manufaktur masih terhambat akibat adanya kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron. Purchasing managers index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke angka 51,2 dari bulan sebelumnya 53,7.
Menurut IHS Markit, tingkat ekspansi pada bulan lalu berkurang banyak dan merupakan yang terendah dalam enam bulan terakhir.
Kenaikan yang lebih rendah pada pekerjaan baru dan produksi dilaporkan karena kasus Covid-19 kembali meningkat, yang kemudian berdampak pada kepercayaan diri dalam bisnis.
Akan tetapi, ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian bertahan relatif tangguh, dan kinerja pemasok membaik. Namun demikian, perusahaan ragu-ragu untuk membangun inventori. Sementara itu, tekanan harga secara keseluruhan berkurang pada Februari.
Bisnis baru, termasuk penjualan asing, juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yang juga berkaitan dengan pandemi. Akibatnya, kepercayaan bisnis di sektor manufaktur Indonesia turun ke posisi terendah dalam 21 bulan.
Namun demikian, sebagian besar perusahaan terus berharap bahwa situasi Covid-19 akan dapat dikendalikan, memungkinkan perekonomian membaik.
Baca Juga
"Kebangkitan kembali infeksi Covid-19 membebani kinerja sektor manufaktur Indonesia pada Februari. Permintaan klien dan jadwal produksi keduanya terhambat oleh perkembangan kondisi terkini, termasuk pembatasan tambahan untuk menanggulangi virus," kata Jingyi Pan, Direktur Asosiasi Ekonom IHS Markit, Selasa (1/3/2022).
Walaupun pertumbuhan produksi di Indonesia melambat, tingkat ketenagakerjaan naik pada kisaran yang lebih cepat. Meski kenaikannya kurang signifikan, tingkat penciptaan lapangan kerja merupakan yang paling cepat sejak Februari 2020.
Perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan meningkatkan kapasitas tenaga kerja mereka untuk mendukung kenaikan permintaan dan produksi.
Sementara itu, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian pada kisaran yang lebih lambat pada Februari, sejalan dengan keseluruhan kondisi permintaan. Namun, hal ini tidak berarti tingkat inventaris pra-produksi naik, karena perusahaan lebih berhati-hati terhadap akumulasi stok di tengah-tengah perlambatan pertumbuhan permintaan.
Inventaris pasca produksi juga sedikit turun pada Februari. Sementara itu, kinerja vendor membaik kedua kalinya pada tahun ini bahkan ketika infeksi Covid-19 kembali bangkit pada Februari.
Menurut panelis, permintaan percepatan pengiriman berkontribusi pada perbaikan kondisi. Penumpukan pekerjaan juga terus terakumulasi pada Februari meski pada laju marginal di tengah-tengah kenaikan rendah pada pekerjaan baru dan waktu pemenuhan pesanan yang lebih baik.
Dari segi harga, baik biaya input maupun biaya output terus naik pada kisaran yang melampaui rata-rata jangka panjang, meski tingkat inflasi melambat sejak Januari. Kenaikan harga bahan baku dilaporkan secara luas di seluruh sektor manufaktur, yang seringkali dibebankan kepada pelanggan.
"Sentimen sektor manufaktur secara keseluruhan mengalami pukulan pada Februari, namun perusahaan secara umum bertahan positif, dengan harapan situasi virus akan stabil. Pertumbuhan GDP pada triwulan pertama mungkin akan terpukul, tetapi kami berharap GDP bertumbuh 5,1 persen pada 2022," ujarnya.