Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Beberkan Dampak Tensi Geopolitik Ukraina Bagi Indonesia

Dampak dari tensi geopolitik ke kinerja ekspor Indonesia tidak akan signifikan, mengingat ekspor Indonesia yang berbasis komoditas.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tantangan tensi geopolitik, terutama di Eropa Timur, akan mempengaruhi proses pemulihan ekonomi, baik di tingkat global maupun di dalam negeri.

Di samping itu, tantangan global lainnya berasal dari normalisasi kebijakan negara maju yang akan mempengaruhi proses pemulihan dan menghambat aliran portofolio asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Perry menyampaikan, tantangan global tersebut juga dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas moneter di dalam negeri.

Hal ini tercermin dari revisi ke bawah angka pertumbuhan ekonomi global oleh International Monetary Fund (IMF) menjadi 4,4 persen pada 2022.

“IMF sudah revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global mempertimbangkan tensi geopolitik, juga [meningkatnya Covid-19 varian baru] Omicron,” katanya dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan Pemimpin Redaksi Media Massa, Rabu (23/2/2022).

Dia mengatakan, BI pun telah melakukan kajian tantangan global tersebut dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 4,4 persen pada tahun ini.

Namun demikian, dia mengatakan dampak dari tensi geopolitik ke kinerja ekspor Indonesia tidak akan signifikan, mengingat ekspor Indonesia yang berbasis komoditas.

BI optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan mencapai kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.

Lebih lanjut, Perry menyampaikan dampak dari risiko global ke stabilitas sistem keuangan dan eksternal Indonesia juga masih terbatas.

Hal ini tercermin dari masih masuknya aliran modal asing, baik ke pasar SBN maupun saham, di tengah peningkatan tingkat imbal hasil US Treasury.

Di samping itu, dampak ke nilai tukar rupiah kata Perry pun masih terkendali. Nilai tukar rupiah pada awal tahun ini cenderung stabil, bahkan menguat.

“Kenapa nilai tukar stabil bahkan menguat, karena fundamental kita bagus, current account rendah, bahkan surplus, neraca perdagangan surplus, berarti supply dolar di pasar melebihi demand.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper