Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia menargetkan lifting minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030. Sayangnya, target tersebut mustahil tercapai tanpa adanya proyek migas baru berskala besar.
Sebelumnya, pemerintah melalui Ditjen Migas bersama SKK Migas serta kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) telah mengidentifikasi profil produksi yang direncanakan dari masing-masing KKKS dan diketahui total produksi minyak akan mencapai 1 juta barel per hari pada 2030.
Pemerintah juga telah menyiapkan beberapa strategi peningkatan produksi, yaitu program work routine seperti infill drilling/step out pada lapangan existing, dan work over/well service. Selain itu, dilakukan juga akselerasi transformasi resources menjadi produksi dengan mempercepat POD baru dan POD yang ter-pending.
Ahli ekonomi energi dan perminyakan Universitas Trisakti serta pendiri Reforminer Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan tanpa adanya proyek migas baru yang berskala besar, target lifting minyak 1 juta BOPD tidak mungkin tercapai.
“Untuk mencapai target produksi migas sebanyak 12 MMSCFD dan 1 juta BOPD, perlu ada proyek baru yang skalanya besar. Tidak mungkin bisa mencapai target dengan lapangan-lapangan existing, yang produksinya naturally decline setiap tahunnya,” papar Pri Agung kepada Bisnis, Selasa (22/02/2022).
Menurutnya, upaya-upaya peningkatan produksi lapangan migas existing tidak cukup untuk mencapai target ambisius pemerintah tersebut.
Baca Juga
“Jika EOR, perlu EOR pada lapangan migas skala besar. EOR yang dilakukan sekarang, baru dilakukan pada skala kecil. EOR dan upaya lainnya hanya bisa menahan laju penurunan produksi migas di lapangan existing saja, agar tidak semakin merosot. Tidak bisa jika mengharapkan ini untuk mencapai target 1 juta BOPD tersebut,” jelasnya.
Pri Agung berpandangan jika 1 juta BOPD ini belum layak untuk disebut sebagai target karena belum ada kejelasan dari detail program kerjanya. Misalnya, dari lapangan mana saja target produksi itu dihasilkan.
"Termasuk di dalamnya akan dari lapangan mana produksi itu dihasilkan, berapa produksinya, kapan waktunya, dan oleh siapa yang akan melakukannya, sampai saat ini belum jelas," ucap Pri Agung.
Senada dengan Pri Agung, Direktur Eksekutif Reforminer Institut Komaidi Notonogoro menambahkan tanpa temuan cadangan yang besar, target 1 juta BOPD hanya menjadi angan-angan saja.
"Untuk bisa mencapai 1 juta bph, secara kalkulasi perlu tambahan produksi dari lapangan-lapangan migas skala besar yang atau mayoritas dihasilkan dari investasi-investasi skala besar yang dilakukan oleh para major international oil companies (IOCs)," jelas Komaidi kepada Bisnis, Selasa (22/02/2022).
Saat ini Indonesia memiliki empat proyek raksasa migas yaitu Jambaran Tiung Biru di Jawa Tengah, Lapangan Abadi Blok Masela di Laut Arafuru, IDD (Indonesia Deepwater Development) di Cekungan Kutei di Kalimantan Timur, dan Tangguh Train 3 di Papua. Sayangnya proyek-proyek ini diperkirakan akan selesai lebih lama daripada target yang ditentukan.
Pasalnya, beberapa waktu belakangan, raksasa migas asing yang mengelola mega proyek ini menyatakan akan hengkang dari Indonesia, salah satunya adalah Royal Dutch Shell yang melepas 35 persen sahamnya di Lapangan Abadi, Blok Masela.
Raksasa migas asing lainnya adalah Chevron Indonesia Company yang menyatakan mundur dari proyek gas laut dalam IDD. Sebelumnya, pihak Chevron menyampaikan bahwa proyek IDD tahap 2 dengan nilai investasi menembus US$ 5 miliar itu tidak dapat bersaing untuk mendapatkan modal dalam portfolio global Chevron.