Bisnis.com, JAKARTA –Ketergantungan terhadap impor mengakibatkan tidak stabilnya harga-harga di dalam negeri sewaktu fenomena super cycle menerpa.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan menjelaskan bahwa ada hal-hal yang harus diatasi untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan perdagangan Indonesia.
“Untuk tahun ini dan kedepannya kita menghadapi beberapa tantangan, minimal ada empat hal yang haru diwaspadai, yaitu mengurangi ketergantungan harga, mewaspadai inflasi, mitigasi perlambatan ekonomi, serta antisipasi isu multidimensi,” ujarnya dalam Gambir Trade Talk, Rabu (23/2/2022).
Menurutnya, pemerintah harus mewaspadai fenomena super cycle atau terjadinya fluktuasi harga dalam waktu yang lama, terutama yang dipicu dari komoditas. Hal ini akan menyebabkan ketergantungan harga. Berbagai komoditas yang dibutuhkan pun masih bergantung pada impor, seperti kedelai.
Pada kesempatan berbeda, Kasan mengatakan akan berupaya untuk mendorong dan mempromosikan produk-produk ekspor non komoditas yang sudah menjadi barang industri.
“Beberapa di antara produk yang kinerjanya cukup baik dan dapat diterima di berbagai negara yaitu otomotif baik mobil atau pun motor, kalau kita mengandalkan batu bara, harganya belum tentu terus tinggi,” jelasnya.
Baca Juga
Selain itu, Dia juga melihat bahwa perluasan pasar ekspor perlu dilakukan. Berdasarkan data dari Kemendag, data persebaran ekspor kategori non migas pada 2021 nilainya cukup signifikan. Sebanyak 95 persen dari US$231 miliar ekspor tergolong non migas, seperti besi baja, otomotif, dan furnitur.
Kemendag mengambil langkah serius secara jangka pendek maupun panjang untuk memperluas pasar ini. Kasan mengatakan rencana jangka pendeknya akan melakukan relokasi beberapa perwakilan perdagangan. Lebih jauh, nantinya akan menambah perwakilan perdagangan di negara yang pangsanya relatif kecil namun potensinya besar seperti Afrika.
Melansir data dari Kemendag, Indonesia hanya melakukan ekspor sebanyak 0,6 persen ke Afrika, sementara yang terbesar adalah ke kawasan Asia Timur sebesar 38 persen.
Akibat dari ketergantungan harga tersebut, harga bahan pokok di dalam negeri menjadi tidak stabil dan membuat ketar ketir. Naiknya harga CPO, kedelai, dan bahkan sekarang daging perlu ditangani segera. Bagi Kasan, edukasi bahwa harga akan perlahan naik perlu ditingkatkan kepada masyarakat.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin turut menilai bahwa salah satu cara untuk mengatasi ini adalah dengan edukasi kepada masyarakat.
“Kita perlu gencarkan edukasi konsumen, ada barang, memang pilihannya itu akan lebih mahal, akan ada proses pembentukan harga baru,” ujarnya.
Meskipun, menurut Bustanul juga dapat dilakukan dengan subsidi melalui integrasi dengan kartu sembako kepada konsumen tidak mampu, bukan hanya melalui HET.