Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah permintaan yang menguat, industri pengolahan daging semakin semarak dengan hadirnya belasan pelaku usaha baru.
Ketua Umum National Meat Producer Association (Nampa) Ishana Mahisa mengatakan setidaknya ada 14 pelaku usaha baru di industri pengolahan daging yang awalnya menjalankan rumah potong ayam (RPA).
"Ada hampir 14 perusahaan yang berasal dari RPA yang masuk ke industri ini," kata Ishana kepada Bisnis, Kamis (10/2/2022).
Meski akan berdampak pada pertumbuhan produksi olahan daging secara nasional, Ishana memproyeksikan volumenya belum akan terlalu besar, mengingat kapasitas para pelaku usaha baru yang masih terbatas.
Belum lagi, tidak semua dari 14 pabrikan baru tersebut yang nantinya sukses membangun brand dan usaha yang berkelanjutan.
Selain forward integration, sejumlah pelaku usaha juga melakukan backward integration. Misalnya pemilik waralaba restoran yang tadinya menyerap olahan daging dari pabrikan, kini membangun fasilitas pengolahan sendiri sehingga lebih efisien.
Baca Juga
"Misalnya PT Indoguna Utama, Pizza Hut [PT Sarimelati Kencana Tbk.], tadinya dia tidak punya pabrik sosis, sekarang mereka punya pabrik sosis sendiri," jelasnya.
Sementara itu, Ishana mengatakan ada pergeseran pola konsumsi masyarakat dari membeli di supermarket menjadi di toko-toko kelontong tradisional.
Tingginya biaya distribusi di supermarket mendorong tumbuhnya toko-toko kelontong tradisional yang khusus menjual makanan olahan daging beku. Selisih harga jual di supermarket dengan toko tradisional bisa mencapai 30 persen.
"Memang kami sadari juga bahwa ada beberapa modern market yang tutup, sehingga akhirnya tren bergeser ke general trade," katanya.
Namun demikian, pergeseran ke penjualan secara daring belum terlalu tinggi. Seperti diketahui, pengiriman makanan olahan beku memerlukan perangkat khusus untuk mempertahankan kualitas produk. Hal itu dinilai tidak efisien secara harga untuk konsumsi tingkat rumah tangga.