Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Smelter Beroperasi, Permintaan Nikel Diproyeksi Capai 100 Juta Ton di 2022

Permintaan nikel ore dalam negeri diperkirakan melonjak tajam menjadi 100 juta ton di tahun ini, atau naik 30 persen dibandingkan dengan 2021. Peningkatan itu terjadi seiring dengan beroperasinya sejumlah smelter pengolahan nikel pada tahun ini.
Ilustrasi smelter nikel./Istimewa
Ilustrasi smelter nikel./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan nikel ore dalam negeri diperkirakan melonjak tajam menjadi 100 juta ton di tahun ini, atau naik 30 persen dibandingkan dengan 2021. Peningkatan itu terjadi seiring dengan beroperasinya sejumlah smelter pengolahan nikel pada tahun ini.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey mengatakan bahwa proyeksi tersebut setidaknya ditopang oleh potensi menguatnya permintaan seiring dengan empat perusahaan smelter nikel yang akan beroperasi di 2022.

Salah satunya adalah pabrik smelter milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kawasan Industri Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara. Perusahaan tersebut telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Desember 2021, dan telah melakukan ekspor perdana tahun ini.

“APNI melihat kebutuhan input nickel ore 2022 mencapai 100 juta ton, ada kenaikan 20–30 persen dibandingkan dengan 2021,” katanya kepada Bisnis, Rabu (9/2/2022).

Peningkatan permintaan tersebut juga ditopang oleh adanya pabrik precursor katoda. Sejalan dengan itu, Presiden Jokowi juga sempat meresmikan pabrik baterai untuk kendaraan listrik di Jawa Barat pada September 2021. Keberadaan industri hilir itu diyakini memberikan angin segar bagi permintaan nickel ore.

Kendati demikian, peningkatan produksi masih terganjal persetujuan pemerintah terhadap rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) perusahaan tambang nikel. APNI mencatat, dari 332 izin usaha pertambangan (IUP) nikel, baru sekitar 20 IUP yang mendapat persetujuan RKAB dari pemerintah.

Hingga 13 Januari 2022, Kementerian ESDM mencatat, dari 1.891 jumlah permohonan RKAB mineral, baru 416 RKAB yang disetujui. Sisanya 307 ditolak, 552 dikembalikan, dan 616 RKAB masih dalam proses.

Di samping itu, produksi nikel turut dipengaruhi oleh keberadaan alat berat dan cuaca. Faktor cuaca menjadi salah satu penentu produksi nikel. Pasalnya, perusahaan tambang nikel tidak dapat beroperasi di tengah cuaca buruk.

“Jadi mau tidak mau pada saat cuaca agak bagus, akan digenjot habis-habisan. Mau enggak mau, bisa masuk 3 shift, bagaimana caranya kami uber produksi,” tuturnya.

Sementara itu, realisasi produksi olahan nikel terbesar pada 2021 adalah feronikel yang mencapai 1,58 juta ton. Kemudian disusul nickel pig iron dan nickel matte masing - masing 799.600 ton dan 82.300 ton.

Tahun ini, Kementerian ESDM mematok produksi olahan nikel dapat mengalami peningkatan. Feronikel ditargetkan meningkat menjadi 1,66 juta ton, nickel pig iron 831.000 ton, dan nickel matte 82.900 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper