Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT PLN (Persero) harus memastikan waktu commercial operation date (COD) pembangkit energi terbarukan agar untuk mencapai target bauran 23 persen pada 2025.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa hingga akhir 2021, bauran energi terbarukan mencapai 11,7 persen dari total energi nasional. Artinya masih terdapat selisih 11,3 persen lagi harus tercapai dalam empat tahun mendatang.
Selama masa tersebut, PLN maupun swasta akan berjibaku mencapai 10 gigawatt hingga 2025. Kemudian lima tahun selanjutnya atau 2030 ditargetkan bauran EBT mencapai 20,9 GW. Angka ini sesuai dengan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN 2021 - 2030.
"Kami bersama dengan PLN memastikan bahwa titik-titik COD masih sesuai. Kami punya tim bersama untuk memantau ini," katanya saat webinar, Senin (7/2/2022).
Dadan menerangkan bahwa PLN tidak dapat mencapai target tersebut sendiri. Upaya ini diperlukan keterlibatan swasta dengan turut berinvestasi pada pengembangan pembangkit energi baru terbarukan.
Dalam perjalanannya, RI disebut memiliki program pengembangan energi bersih lainnya seperti pemanfaatan bahan bakar nabati. Pemerintah juga telah mendukung langkah tersebut melalui sejumlah insentif.
Baca Juga
Meski demikian dia menyinggung soal kelebihan pasokan listrik yang dialami oleh PLN. Kondisi ini terjadi akibat melemahnya pertumbuhan konsumsi listrik terlebih sejak pandemi Covid-19 pada 2022.
Pun demikian, Dadan menerangkan bahwa kondisi ini hanya terjadi sesaat. Seiring pemulihan ekonomi, konsumsi listrik dalam negeri diperkirakan bakal tumbuh pesat.
"Kami secara bertahap bagaimana upayakan untuk menabah kapasitas EBT. Pada 2021 kami menambah 600 MW. Tahun ini tidak terlalu banyak sekitar 700 MW untuk masuk ke sistem PLN. Ini bertahap," ujarnya.