Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mulai Membaik di Awal Tahun, Industri Tekstil Ketar Ketir dengan Level PPKM

Kondisi industri tekstil pada awal tahun ini cukup kondusif terindikasi dari utilitas kapasitas produksi yang di atas 70 persen, serta permintaan ekspor yang telah mengalir. Kenaikan jumlah kasus Covid-19 akibat galur Omicron ditatap getir para pengusaha karena akan menyulut kebijakan pembatasan.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha tekstil mengantisipasi pembatasan pusat-pusat perbelanjaan menyusul lonjakan kasus Covid-19 dan langkah pemerintah menaikkan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan kebijakan tersebut terancam membuat sektor tekstil kembali terkontraksi pada kuartal pertama tahun ini.

"Kalau PPKM-nya sampai membatasi kegiatan usaha seperti mal atau pasar, dan pusat-pusat grosir tekstil, kami khawatir turun lagi," kata Rizal kepada Bisnis, Senin (7/2/2022).

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), industri tekstil dan pakaian jadi terkontraksi 4,08 persen sepanjang 2021, meski berhasil tumbuh 5,94 persen pada kuarta IV/2021.

Pada 2022, Kementerian Perindustrian menargetkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat tumbuh di kisaran 5 persen. Menurut Rizal, realisasinya akan berada pada rentang 3 persen hingga 4 persen untuk tahun ini.

Meski mengantisipasi penurunan kinerja pasar dalam negeri, Rizal mengatakan kondisi industri pada awal tahun ini cukup kondusif terindikasi dari utilitas kapasitas produksi yang di atas 70 persen. Adapun, pesanan ekspor sudah mengalir hingga April-Mei 2022.

"Ini memang yang harus dijaga kondisi dalam negeri. Kami berharap PPKM-nya tidak sampai membatasi kegiatan ekonomi seperti dulu," lanjutnya.

Menghadapi ancaman penurunan kinerja akibat lonjakan kasus Covid-19, Rizal mengatakan industriawan masih akan mengamati perkembangan lebih lanjut. Saat ini pengusaha pun belum berani berproduksi dalam jumlah besar, termasuk juga menimbun stok bahan baku dan barang produksi.

Di luar itu, industri tekstil juga masih menghadapi sejumlah tantangan lain, seperti tingginya harga batu bara, rencana kenaikan tarif dasar listrik, dan kelangkaan kontainer serta tarif pengapalan yang mahal.

"Kami ya wait and see dan tetap jaga-jaga lihat kondisi dan perkembangan. Kami tidak bisa terlalu over produksi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper