Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil memastikan pemerintah bakal tetap menahan ketetapan harga eceran tertinggi atau HET pupuk subsidi, kendati harga bahan baku dan penolong masih mengalami gejolak.
Komitmen itu disampaikan Jamil untuk mengantisipasi kenaikan harga pupuk nonsubsidi yang terkerek naik akibat gejolak harga internasional sejak November 2021.
Kendati demikian, Jamil menyebut, Kementan hanya dapat mengalokasikan pupuk subsidi sebesar 9,11 juta ton, karena keterbatasan alokasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang sebesar Rp25,27 triliun.
“Kenaikan harga pupuk nonsubsidi yang terjadi saat ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk tidak menaikkan HET pupuk bersubsidi, sehingga petani dapat membeli pupuk dengan harga lebih terjangkau dan produktivitas pertanian dapat terjaga,” kata Jamil melalui pesan WhatsApp, Minggu (6/2/2022).
Jamil berharap intervensi pemerintah lewat program pupuk bersubsidi itu dapat mengatasi kenaikan harga pupuk nonsubsidi yang disebabkan oleh gejolak ekonomi global sejak akhir tahun lalu.
Jamil menjelaskan, sebagian besar bahan pembantu dan penolong pupuk domestik masih mengandalkan impor. Dia mencontohkan, sekitar 75 persen bahan baku pupuk NPK masih diimpor dari luar negeri.
Baca Juga
Di sisi lain, harga gas bumi dunia mengalami kenaikan dalam satu tahun terakhir. Harga gas bumi di pasar acuan Henry Hub mengalami kenaikan dari sekitar US$2,4 per MMBtu pada Januari 2021, menjadi sekitar US$3,96 per MMBtu per 21 Januari 2022.
Malahan, harga gas bumi sempat menyentuh angka tertingginya selama setahun terakhir, yakni sebesar US$5,6 MMBtu pada September 2021.
“Hal ini menyebabkan penurunan produksi amonia secara global yang merupakan bahan baku bagi pupuk N, seperti Urea dan ZA. Meskipun dapat diproduksi di dalam negeri, kenaikan harga gas alam tersebut turut memengaruhi harga pupuk Urea dan ZA di tingkat petani,” kata dia.
Selain itu, kebijakan perdagangan di sejumlah negara produsen utama pupuk turut menyebabkan berkurangnya pasokan pupuk global.
Misalkan, China mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor pupuk hingga Juni 2022 untuk mengamankan ketersediaan pupuk domestik mereka.
“Selama harga pupuk di tingkat internasional masih tinggi, maka harga pupuk nonsubsidi di dalam negeri juga mengikuti. Hal ini disebabkan harga pupuk nonsubsidi sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar,” terangnya.
Sebelumnya, Serikat Petani Indonesia (SPI) melaporkan pendapatan petani yang mengalami penurunan signifikan seiring dengan kenaikan harga pupuk nonsubsidi sejak akhir tahun lalu.
Ketua Pusat Perbenihan Nasional (P2N) SPI Kusnan mengatakan, kemerosotan nilai tukar petani atau NTP itu terjadi merata di setiap daerah.
“Di Jawa Timur dan Jawa Tengah sebagai lumbung pangan nasional itu sudah di titik impas sebesar Rp4.300, malah bisa anjlok sampai Rp3.900 saat panen raya nanti di Maret 2022,” kata Kusnan melalui sambungan telepon, Minggu (6/2/2022).