Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) menggarisbawahi rendahnya utilitas kapasitas produksi baja nasional yang berbanding terbalik dengan pertumbuhan impor produk baja.
Aries Indanarto, Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas Kementerian Investasi/BKPM mengatakan penerapan neraca komoditas baja akan menjadi jalan keluar dari kesenjangan tersebut.
Dia mencatat, pada produk cold rolled coil (CRC), kapasitas produksi nasional mencapai 2,38 juta ton dengan konsumsi 2,73 juta ton dan produksi nasional hanya mencapai 751.000 ton.
"Langkah selanjutnya yang perlu diambil adalah kebijakan terintegrasi dengan pengembangan neraca komoditas industri baja nasional dan integrated IT system," kata Aries dalam sebuah webinar, Kamis (3/2/2022).
Dalam kaitan itu, neraca komoditas dapat pula digunakan sebagai instrumen mendorong investasi serta pemberian insentif fiskal dan non fiskal.
Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menyatakan ketiadaan sistem informasi baja nasional yang berbasis neraca mengakibatkan tingginya volume impor produk baja. Hal itu berdampak langsung pada rendahnya tingkat utilitas industri baja domestik yang hanya mencapai 40 persen hingga 60 persen.
Baca Juga
"Jauh dari kondisi ideal di atas 80 persen," kata Ketua Cluster Flat Product IISIA Melati Sarnita.
Di sisi lain, Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM juga menggarisbawahi isu dekarbonisasi dalam proses produksi baja. Seiring dengan perkembangan dunia yang mengarah ke pembangunan berkelanjutan, industri baja nasional cepat atau lambat diminta untuk bersiap.
"Ini harus diantisipasi ke depan, empat sampai lima tahun ke depan, ketika konsumen baja sudah meminta standar yang sudah lebih hijau," katanya.