Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mencatat rendahnya utilitas kapasitas produksi industri disebabkan derasnya arus barang impor yang kembali terjadi pada tahun lalu.
Berdasarkan catatan Worldsteel, produksi baja kasar Indonesia pada 2021 turun 2,5 persen menjadi 12,5 juta ton. Sedangkan, konsumsi baja nasional pada tahun lalu diperkirakan mencapai 15,2 juta ton. Sementara itu, impor baja antara Januari-November 2021 menunjukkan kenaikan 23 persen menjadi 5,31 juta ton secara year-on-year.
Ketua Cluster Flat Product IISIA Melati Sarnita mengatakan selain mendorong pemerintah mengetatkan pengawasan impor, moratorium investasi baru juga perlu dilakukan untuk memaksimalkan kapasitas produksi yang ada.
"Dengan kondisi over capacity ini, kami merasa perlu meminta pemerintah melakukan moratorium investasi dan importasi baja khususnya produk yang telah swasembada," kata Melati dalam sebuah webinar, Kamis (3/2/2022).
Terkecuali, katannya, kelanjutan investasi eksisting tetap berjalan. Menurut catatan IISIA, total investasi industri baja pada tahun lalu senilai US$12 miliar. Dengan utilitas kapasitas produksi berada di kisaran 50-60 persen, moratorium investasi baru dinilai perlu dilakukan untuk memberi kepastian pasar bagi modal eksisting yang telah ditanamkan.
Kapasitas terpasang baja kasar nasional tercatat sebesar 19,6 juta ton pada 2020. Dengan total produksi 12,5 juta ton pada tahun lalu, maka utilitas kapasitas produksi baja kasar nasional berada di angka 63 persen.
Baca Juga
"Kami sangat berharap eksisting investor tetap diberikan beberapa kemudahan terutama dalam peraturan-peraturan perdagangan, sehingga investasi eksisting dapat kembali berhasil memberikan nilai yang baik," ujarnya.
Sebelumnya, Melati juga mencatat rencana dan realisasi investasi sejumlah produsen baja nasional dengan total mencapai US$15,2 miliar atau Rp215 triliun.
Produsen cold rolled coil/sheet (CRC/S) merencanakan penambahan fasilitas produksi antara lain, PT Krakatau Steel-Posco dengan peningkatan kapasitas cold rolling mill (CRM) sebesar 1,2 juta ton per tahun.
Selain itu, PT AM/NS Indonesia dengan penambahan kapasitas CRM sebesar 500 ribu ton per tahun, PT Sunrise Steel dengan peningkatan kapasitas reversing mill 200 ribu ton per tahun, dan PT New Asia International dengan penambahan kapasitas CRM 800 ribu ton per tahun.