Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 Bisnisindonesia.com : Pergulatan Grup Bakrie di Lapindo hingga Pembentukan Bursa Kripto Tahun Ini

Berita pergulatan Grup Bakrie dalam penemuan potensi harta karun di lumpur Lapindo menjadi salah satu berita pilihan redaksi Bisnisindonesia.id. Ada pula berita terkait pembentukan bursa kripto, nasib AKRA setelah terdepak dari indeks LQ45, hingga babak baru kebijakan harga minyak goreng.
Area terdampak lumpur di area pengeboran minyak Brantas yang dikelola Lapindo
Area terdampak lumpur di area pengeboran minyak Brantas yang dikelola Lapindo

Bisnis, JAKARTA – Grup Bakrie kembali terseret dalam pusaran kasus lumpur Lapindo yang berada di Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, kali ini bukan mengenai penanganan warga sekitar yang menjadi korban, melainkan mengenai penemuan “harta karun” berupa kandungan mineral langka.

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Eko Budi Lelono, terdapat indikasi logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth dan mineral mentah atau critical raw material (CMR) di lumpur Lapindo saat dilakukan penjajakan awal oleh Badan Geologi bersama Puslitbang Teknologi Mineral dan Batu bara pada 2020.

Kedua kandungan mineral itu pun disebut sebagai 'harta karun' karena memiliki nilai jual yang tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beragam produk industri. Dengan potensi nilai ekonomi tersebut, siapakah yang bakal mengeruk cuan?

Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan finansial yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id. Berikut berita pilihan redaksi Bisnisindonesia.id, Jumat (29/1/2022) :

   

  1. Pergulatan Grup Bakrie di Lapindo, dari Lumpur Ada Harta Karun

Penemuan kandungan mineral langkah yang bernilai tinggi di lumpur Lapindo cukup menghebohkan masyarakat. Kasus lumpur Lapindo yang menyebabkan ribuan orang kehilangan harta benda, ternyata menyimpan ‘harta karun’ yang cukup besar.

Sebagai gambaran, nilai jual logam tanah jarang diproyeksi mencapai US$ 178.387 per metrik ton. Mineral tersebut dapat dimanfaatkan untuk industri kesehatan, seperti teknologi pendeteksi kanker dan jenis penyakit lainnya.

LTJ juga bisa digunakan untuk komponen pembangkit listrik, penyimpanan listrik, pendukung tambang, hingga kendaraan bermotor berbasis baterai. Selain itu, LTJ bisa dimanfaatkan untuk industri meterologi.

“Logam tanah jarang ini sangat penting kaitannya dengan beberapa bidang tertentu, seperti pembuatan pesawat luar angkasa, lampu energi tinggi, dan semi konduktor. Sehingga loga tersebut sangat mahal, bahkan jauh lebih mahal dibandingkan emas dan platina,” ujar.Dosen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (UNAIR), Ganden Supriyanto, dikutip dari laman resmi UNAIR.

Top 5 Bisnisindonesia.com : Pergulatan Grup Bakrie di Lapindo hingga Pembentukan Bursa Kripto Tahun Ini

Sejumlah wisatawan melihat seratus patung sisa peringatan 8 tahun semburan lumpur lapindo yang ada area tanggul penahan lumpur Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (10/5/2015). - Antara

Selain LTJ, Ganden menyebut kandungan CRM yang ditemukan di lumpur Lapindo merupakan mineral mentah yang sangat dibutuhkan oleh industri baterai. Di kawasan lumpur Lapindo ditemukan kandungan litium dengan kadar 99,26-280,46 ppm dan stronsium dengan kadar 255,44-650,49 pp.

Meskipun saat ini terdapat potensi mineral yang bernilai tinggi, namun korban semburan lumpur Lapindo tak dapat dilupakan begitu saja. Akibat semburan lumpur dari salah satu proyek perusahaan terafiliasi Grup Bakrie, banyak masyarakat Sidoarjo yang harus kehilangan harta bendanya.

Pemerintah pun ikut turun tangan membantu Grup Bakrie menangani ganti rugi korban terdampak lumpur Lapindo. Namun, hal itu justru menyisakan tumpukan utang bagi Grup Bakrie yang belum dapat dilunasi hingga saat ini. 

 

  1. Peluang Untung Saham AKRA Usai Terdepak dari LQ45

Kendati terdepak dari daftar anggota indeks LQ45, saham PT AKR Corporindo Tbk. belum sepenuhnya kehilangan pesona. Prospek kinerja bisnisnya pun masih menjanjikan, walaupun kondisi pandemi memang cukup menantang bagi bisnis perseroan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengubah komposisi saham dalam indeks LQ45 untuk periode Februari-Juli 2022. Dalam perubahan tersebut, beberapa saham terdepak dari indeks ini, salah satunya adalah emiten berkode saham AKRA ini.

AKR Corporindo sendiri telah melakukan upaya stock split untuk meningkatkan likuiditas sahamnya. Perseroan melakukan stock split 1:5 dalam aksi korporasi ini. Namun, rupanya langkah ini belum cukup untuk mencegah BEI mendepak perseroan dari indeks saham paling likuid tersebut.

“Kami percaya stock split akan membuat saham AKRA menarik bagi investor ritel khususnya kalangan milenial yang kini aktif berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang memberikan pertumbuhan berkelanjutan dan memiliki praktik yang baik," kata Presiden Direktur AKRA, Haryanto Adikoesoemo belum lama ini.

Meskipun demikian, saham AKRA masih tetap menarik. Perseroan pun masih optimistis untuk dapat membukukan kinerja lebih tinggi tahun ini.

 

  1. Pentingnya Bursa Kripto Bagi Investor Indonesia

Pemerintah telah menggulirkan wacana pembentukan bursa kripto sejak tahun lalu. Hal itu sejalan dengan tingginya pertumbuhan jumlah investor dan aset kripto di Indonesia. 

Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, pertumbuhan aset kripto di Indonesia sangat tinggi dan potensial dengan jumlah investor di Indonesia. Per Desember 2021, jumlah investor kripto telah mencapai 11 juta orang. 

Jumlah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang berkisar di bawah 5 juta orang. Di sisi lain, akumulasi nilai transaksi aset kripto pada tahun 2021 meningkat hingga Rp859,45 triliun.

“Hanya dalam waktu satu tahun atau rata-rata per hari mencapai Rp2,3 triliun," urainya, dikutip Jumat (28/1/2022). 

Dengan kondisi tersebut, pemerintah ingin mencegah adanya praktik ilegal. Oleh karena itu, pembentukan bursa kripto bakal difokuskan pada perlindungan konsumen, keamanan pedagang atau pelaku industri, dan juga konsumen yang melakukan jual beli.  Adapun pembentukan bursa kripto bakal dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

 

  1. Menguji Efektivitas Harga Khusus CPO dan HET Minyak Goreng

Terus melambungnya harga minyak goreng di dalam negeri yang disinyalir karena tingginya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia, memantik pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang diharapkan bisa menstabilkan harga minyak goreng di pasaran.

Berbagai wacana muncul, mulai dari pengetatan ekspor olahan CPO untuk memastikan ketersediaan di pasar dalam negeri.

Terbaru, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akhirnya mengeluarkan ketentuan harga eceran tertinggi (HET) terbaru untuk minyak goreng, seiring dengan diberlakukannya kebijakan domestic price obligation (DPO) untuk pasokan CPO dan olein sebagai bahan baku minyak goreng di pasar dalam negeri.

DPO untuk CPO ditetapkan sebesar Rp9.300 per kilogram (kg), sedangkan untuk minyak olein sebesar Rp10.300 per liter.

Dengan ketentuan harga baru ini, maka harga jual minyak goreng curah di pasaran ditetapkan sebesar Rp11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp14.000 per liter. HET ini mulai berlaku 1 Februari 2022.

Top 5 Bisnisindonesia.com : Pergulatan Grup Bakrie di Lapindo hingga Pembentukan Bursa Kripto Tahun Ini

 

  1. Jurus Pemungkas Krisis Migor Bakal Cederai Ekspor CPO

Kinerja ekspor minyak sawit sebagai komoditas andalan nonmigas bakal tercederai kebijakan mandatori pasar domestik atau domestic market obligation yang mulai hari ini. Akan tetapi, risiko tersebut diyakini hanya bersifat temporer. 

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana menjelaskan kewajiban eksportir memasok produk olahan minyak sawit mentah atau crude palm oil  (CPO) ke pasar dalam negeri seharusnya tidak banyak memengaruhi kinerja ekspor. 

Dia mengatakan kebutuhan CPO untuk 5,7 juta kiloliter minyak goreng sejatinya telah terpenuhi selama ini.

"Sebenarnya sudah ada pasokan ke dalam negeri. Namun, mandatori ini memastikan pasokan tetap di dalam negeri, tidak ke luar. Seharusnya tidak terjadi penurunan [ekspor] itu," kata Wisnu dalam konferensi pers, Kamis (27/1/2022).

Biar bagaimanapun, dia tidak memungkiri adanya potensi penurunan ekspor dalam jangka pendek. Meski tidak bisa memastikan besaran koreksi ekspor, dia mengatakan hal itu bisa dikompensasi dengan harga CPO internasional yang terkerek.

"Dampak jangka pendeknya pasti akan ada sedikit penurunan [ekspor CPO]. Namun, ke depan akan seperti semula. Di samping itu, harga CPO internasional bisa naik dan penurunan ini akan terkompensasi dengan kenaikan harga di pasar internasional," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper