Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian memproyeksikan nilai ekspor industri manufaktur dapat mencapai US$178 miliar hingga US$185 miliar pada tahun ini. Sejumlah langkah yang diupayakan dan dilanjutkan untuk mengerek kinerja ekspor antara lain termasuk memperluas pasar ke negara-negara tujuan non tradisional.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja ekspor manufaktur meningkat 35,11 persen sepanjang tahun lalu menjadi US$177,11 miliar dari capaian 2020 US$131,09 miliar. Tiga sektor industri yang masih mendominasi capaian ekspor antara lain makanan dan minuman, logam dasar, dan industri bahan kimia, farmasi, dan obat tradisional.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri mengatakan kebijakan yang didorong dan dilanjutkan pada tahun ini yakni optimalisasi beberapa program seperti substitusi impor, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), dan penghiliran sumber daya alam. Target substitusi impor sebesar 35 persen diproyeksikan tercapai pada tahun ini.
"Hal ini juga didukung dengan langkah-langkah memperkuat pasar, termasuk ke negara-negara tujuan ekspor nontradisional," kata Febri kepada Bisnis, Sabtu (23/1/2022).
Pangsa pasar terbesar ekspor nonmigas Indonesia antara lain Asean, Uni Eropa, China, Amerika Serikat, Jepang dan India.
Selain itu, kerja sama ekonomi komprehensif dan optimalisasi perjanjian perdagangan bilateral dan regional juga menjadi tumpuan untuk meningkatkan kinerja ekspor.
Di sisi lain, pemerintah juga mendorong peran industri kecil menengah (IKM) melalui pembinaan dan pendampingan untuk perluasan pasar melalui teknologi digital.
"Kami juga mendorong industri memanfaatkan fasilitas fiskal yang mendukung ekspor seperti bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) bagi IKM," lanjutnya.
Sementara itu, dengan nilai pengapalan US$177,11 miliar pada tahun lalu, industri pengolahan nonmigas tetap menjadi kontributor terbesar ekspor nasional sebesar 76,49 persen. Adapun, sektor tambang menyumbang US$37,92 miliar atau 16,38 persen, minyak dan gas US$12,28 miliar atau 5,3 persen, dan pertanian US$4,24 miliar atau 1,83 persen.