Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Jepang mempertahankan suku bunga acuan dan kebijakan moneternya, namun menyesuaikan proyeksi terhadap risiko inflasi untuk pertama kalinya sejak 2014.
Dilansir Bloomberg, Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga negatif, target imbal hasil obligasi dan program pembelian asetnya pada akhir pertemuan kebijakan, Selasa (18/1/2022). Langkah ini menunjukkan ekonomi tidak sepenuhnya kebal terhadap tekanan harga yang mendorong bank sentral utama lainnya untuk menarik stimulus.
Keputusan BOJ ini telah diperkirakan secara luas mengingat denyut inflasi keseluruhan yang tetap jauh lebih lemah daripada di AS dan ekonomi utama lainnya.
Namun, dengan melonjaknya biaya energi, bank sentral meningkatkan perkiraan inflasi untuk tahun fiskal yang dimulai pada bulan April dan tahun berikutnya. Selain itu, BOJ juga mengubah pandangannya terhadap risiko inflasi yang mereka hadapi.
Untuk tahun fiskal 2022, BOJ mengubah proyeksi inflasi menjadi 1,1 persen dari sebelumnya 0,9 persen. Adapun untuk tahun 2023, proyeksi inflasi menjadi 1,1 persen dari 1 persen.
Penyesuaian ini menandakan bahwa bank sentral sekarang melihat kemungkinan inflasi melebihi proyeksi mereka.
Baca Juga
Keputusan BOJ tersebut menunjukkan bahwa gelombang inflasi global yang mendorong tindakan dari Federal Reserve dan Bank of England juga telah mencapai Jepang, meskipun dengan dampak yang lebih kecil sejauh ini.
Alih-alih mengalami lonjakan harga, inflasi di Jepang tetap terbatas pada barang-barang tertentu seperti bahan bakar dan kebutuhan memasak karena perusahaan terus menyerap kenaikan biaya tercepat dalam beberapa dekade dibandingkan mengambil risiko kehilangan penjualan karena menaikkan harga.
Hal ini berarti stimulus luar biasa yang telah diguyurkan BOJ ke dalam perekonomian sejak jauh sebelum pandemi kemungkinan akan berlanjut untuk saat ini.
Yen melemah terhadap dolar AS menuju 114,83 dari 114,53 sesaat sebelum keputusan. Langkah ini menunjukkan investor melihat hasil keseluruhan bahwa kebijakan BOJ akan berlanjut di jalur divergensi dari The Fed.
Dalam laporan prospek triwulanannya, BOJ menaikkan proyeksinya untuk dua tahun fiskal ke depan, tetapi masih tidak memperkirakan inflasi mendekati target 2 persen.
"BOJ akan tetap berpegang pada kerangka kebijakan saat ini setidaknya sampai masa jabatan Kuroda berakhir," kata Yuichi Kodama, kepala ekonom di Meiji Yasuda Research Institute, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (18/1/2022).
“Penyesuaian kecil telah membuat kerangka kerja berkelanjutan, dan saya pikir rintangannya sangat tinggi untuk perubahan suku bunga. Itu akan menjadi pekerjaan pengganti Kuroda,” tambahnya.