Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) dan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM memantau langsung efektivitas penyediaan dan pengiriman batu bara untuk pembangkit listrik.
Hal itu dilakukan sebagai salah satu solusi dalam pengamanan pasokan batu bara untuk kelistrikan nasional.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan strategi itu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengiriman dalam rantai pasok batu bara, sesuai pemenuhan kewajiban domestic market obligation (DMO) setiap mitra pemasok yang terpantau setiap hari.
“Dengan adanya pemantauan berbasis pada realisasi pasokan dari para mitra pengusaha tambang ini diharapkan dapat membantu mengamankan pasokan batu bara ke PLN,” kata Darmawan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (14/1/2022).
Dalam melakukan efektivitas, data realisasi volume dan setiap tahapan pengiriman pasokan batu bara ke pembangkit listrik dipantau mulai dari lokasi tambang, loading, hingga penerimaan di setiap pembangkit secara spesifik.
Data itu akan langsung terpantau dan terintegrasi dalam sistem digital di Ditjen Minerba yang akan mengirimkan notifikasi sistem peringatan dini secara otomatis kepada pemasok, serta menjadi alat untuk langkah korektif yang segera dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Baca Juga
PLN, kata dia, mengapresiasi pemerintah yang menetapkan kebijakan korektif apabila terjadi kendala pasokan batu bara ke pembangkit. Dengan langkah ini, Darmawan optimistis keandalan pasokan batu bara bagi PLN bakal lebih terjamin.
Dia pun berharap kolaborasi tersebut dapat membuat langkah korektif secara terfokus dan langsung menyelesaikan masalah pada titik krusial, yaitu ketersediaan pasokan dan moda transportasi di pelabuhan.
“Kami melakukan berbagai langkah extra ordinary. Dengan dukungan dari pemerintah, masalah pasokan telah terselesaikan dan dipastikan tidak ada pemadaman terkait, karena krisis pasokan batu bara untuk PLTU,” imbuh Darmawan.
Selain itu, PLN juga terus meningkatkan kerja sama dengan para pemasok batu bara, pengusaha kapal melalui Indonesian National Shipowners Association (INSA) dan stakeholder lainnya guna memastikan realisasi penugasan dari Kementerian ESDM dapat terlaksana dan terkirim sesuai jadwal yang dibutuhkan.
PLN sendiri telah memastikan adanya kenaikan efektivitas pengiriman pasokan dengan koordinasi intensif bersama para pemasok, penyedia alat angkut, kekurangan vessel, dan tongkang.
“Dari yang sebelumnya hanya 112 vessel dan 560 tongkang, sekarang telah tersedia 130 vessel dan 771 tongkang untuk mengangkut 16,2 juta metrik ton batu bara,” sebut Darmawan.
Dengan adanya kecukupan volume batu bara, kata dia, kesiapan pengiriman dan telah ditetapkannya line-up untuk seluruh pengiriman di masing-masing PLTU, maka hari operasi (HOP) di seluruh pembangkit PLN dan IPP dari yang sebelumnya di posisi kritis akan aman untuk mencapai 15-20 HOP di akhir Januari 2022 dan seterusnya secara berkesinambungan.
Di sisi lain, PLN juga telah merombak tata kelola kebijakan dalam Perjanjian Jual Beli Batubara (PJBB) yang tadinya bersifat jangka pendek, fleksibel, dan berisiko, menjadi bersifat tetap jangka panjang dan terpantau.
“Kontrak jangka panjang langsung dilakukan dengan para perusahaan tambang yang memiliki kredibilitas sebagai pemasok sesuai dengan kualitas dan volume yang dibutuhkan PLN, sehingga ketidakpastian kontrak yang awalnya berimbas pada masalah fluktuasi pasokan di lapangan tidak terulang,” ucapnya.