Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warning! Inflasi di Eropa Semakin Menanjak

Presiden ECB Christine Lagarde masih meyakini bahwa inflasi akan tetap terelevasi, tetapi dalam jangka waktu pendek sebelum melambat pada 2022 hingga mencapai di bawah target 2 persen, seperti dikatakan pada bulan lalu.
Christine Lagarde, Presiden European Central Bank (ECB), dalam konferensi pers di Frankfurt, Germany, Kamis (16/12/2021)/ Bloomberg-Andreas Arnold
Christine Lagarde, Presiden European Central Bank (ECB), dalam konferensi pers di Frankfurt, Germany, Kamis (16/12/2021)/ Bloomberg-Andreas Arnold

Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi di kawasan euro terakselerasi hingga mencapai rekor, memperumit tugas pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) yang bersikeras lonjakan harga saat ini bersifat sementara.

Dilansir Bloomberg pada Jumat (7/1/2022), harga konsumen melonjak 5 persen pada Desember 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan jauh lebih cepat dibandingkan catatan pada November sebesar 4,9 persen dan lebih tinggi dari perkiraan median 4,8 persen dari ekonom yang disurvei Bloomberg.

Adapun dengan mengeluarkan gejolak komponen harga seperti makanan dan energi, kenaikan harga menjadi 2,6 persen, sesuai dengan November.

Hal ini memperburuk kepercayaan diri analis di Eropa di tengah gelombang varian omicron. Data inflasi yang dirilis pada Jumat lalu (7/1/2022) meningkatkan tekanan pada ekonom ECB, yang diperparah dengan disrupsi rantai pasok dan lonjakan biaya energi yang mendorong kenaikan harga ke laju tercepat sejak mata uang bersama diciptakan.

Sementara itu, lembaga yang berbasis di Frankfurt ini mencabut stimulus krisisnya dan memilih lebih memperketat kebijakan moneter secara agresif. Bank sentral di negara-negara besar Eropa telah mendesak pejabat ECB untuk bersikap lebih keras.

Presiden ECB Christine Lagarde masih meyakini bahwa inflasi akan tetap terelevasi, tetapi dalam jangka waktu pendek sebelum melambat pada 2022 hingga mencapai di bawah target 2 persen, seperti dikatakan pada bulan lalu.

Dia menegaskan bahwa kenaikan suku bunga bukanlah langkah yang tepat dalam situasi saat ini karena dampaknya hanya akan terjadi di kemudian hari, ketika tekanan sudah merada.

Dari sisi lain, kenaikan harga energi masih semakin memusingkan setelah harga gas alam naik lagi pada pekan ini setelah Rusia membatasi pengiriman ke Eropa barat, mengancam industri yang bergantung pada energi mengurangi produksinya.

Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire pada Jumat menyerukan kenaikan biaya energi sebagai keadaan darurat mutlak.

"Jika kita tidak menemukan solusi dalam beberapa hari mendatang, rakyat Prancis akan mengalami kenaikan antara 35 - 40 persen pada tagihan listrik,” kata Le Maire dalam konferensi pers di Paris pada Jumat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper