Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) menyatakan kewajiban menggunakan bahan daur ulang pada kemasan berbahan polietilena tereftalat (PET) akan terbentur suplai yang rendah.
Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat mengatakan perlu modal dan teknologi tinggi untuk menghasilkan bahan baku PET daur ulang yang memenuhi standar pangan atau food grade.
"Kalau bersifat mandatory, itu akan kepentok karena produsen recycle PET di Indonesia, volumenya masih sangat kecil dibandingkan kebutuhannya," kata Rachmat, Kamis (23/12/2021).
Selain itu, penggunaan bahan daur ulang juga relatif lebih kompleks dan lebih mahal. Namun, dia mengapresiasi jika ada kebijakan pemerintah yang mendorong industri memakai bahan daur ulang.
Kebijakan itu dinilainya juga akan mendorong permintaan dan memperluas pasar, sehingga menarik investasi pada pengolahan PET daur ulang food grade.
Rachmat mencatat sejumlah pelaku industri AMDK yang sudah menggunakan bahan daur ulang dalam proses produksinya. Selain karena memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk pengadaan bahan daur ulang, perusahaan besar juga menggunakan kemasan dalam jumlah masif sehingga dapat memenuhi skala keekonomiannya.
Adapun, menurut catatan Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) paling tidak baru ada tiga perusahaan industri yang memiliki fasilitas daur ulang PET dengan standar pangan. Satu perusahaan sudah mulai memproduksi, satu lainnya masih dalam proses pembangunan dan akan beroperasi pada tahun depan, sedangkan sisanya akan mulai uji coba pada 2022.
Ketua Umum Asrim Triyono Pridjosoesilo mengatakan dorongan pemerintah akan penerapan sirkular ekonomi di industri minuman harus diiringi dengan dukungan terhadap industri daur ulang.
"Perlu ada kebijakan yang mendukung industri daur ulang agar mau berinvestasi di food grade recycle plastic," kata Triyono.
Ketersediaan bahan baku daur ulang dengan kualitas food grade terpantau masih rendah. Diperkirakan dari seluruh kemasan PET yang terbuang, baru sebanyak 50-60 persen berhasil dikumpulkan dan didaur ulang.
Namun, sebagian besar yang terkumpul itu tidak standar pangan dan dimanfaatkan sebagai bahan poliester dan rayon di industri tekstil.