Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Batu Bara di 2022 Bakal Naik, Apa Alasannya?

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kenaikan produksi batu bara sekitar 637 juta ton–664 juta ton pada 2022. Kenaikan itu disebut sebagai upaya pemerintah meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor batu bara.
Alat berat dioperasikan untuk membongkar muatan batu bara dari kapal tongkang, di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (3/4/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Alat berat dioperasikan untuk membongkar muatan batu bara dari kapal tongkang, di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (3/4/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kenaikan produksi batu bara sekitar 637 juta ton–664 juta ton pada 2022. Kenaikan itu disebut sebagai upaya pemerintah meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor batu bara.

Peneliti dari Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan bahwa peningkatan rencana produksi batu bara tahun depan bisa saja akibat dari belum berakhirnya penyebaran Covid-19. Pandemi Covid-19 diketahui turut meningkatkan harga komoditas batu bara sepanjang tahun.

“Pemerintah ingin menaikan penerimaan negara [PNBP], karena pemerintah melihat harga batu bara paling menjanjikan. Apalagi Covid-19 belum berakhir yang menyebabkan harga meningkat dan menaikan penerimaan negara,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/12/2021).

Lebih lanjut, sektor pertambangan dinilai paling bisa diharapkan dalam menyumbang penerimaan negara. Namun begitu, dia meminta pemerintah berhati-hati dalam peningkatan produksi batu bara pada 2022.

Penetapan proyeksi, kata dia, harus disesuaikan dengan kebutuhan global pada komoditas tersebut. Pasalnya, kenaikan produksi yang tidak ditopang oleh peningkatan permintaan akan berpotensi menyebabkan badan usaha tumbang.

“Kalau kondisi masih seperti sekarang kita fine-fine saja. Akan tetapi, kalau Covid-19 turun dan permintaan turun, produksinya mau dibawa ke mana? PLN pasti akan dijadikan sasaran,” terangnya.

Di sisi lain, Ferdy menyebut bahwa upaya peningkatan produksi bertolak belakang dengan upaya pemerintah menurunkan emisi karbon dari sektor energi.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Sunindyo Suryo Herdadi memproyeksikan kebutuhan domestik komoditas batu bara diestimasikan mencapai 190 juta ton.

“Sehingga rentang produksi untuk tahun depan saat ini memang sedang finalisasi, tapi rentangnya itu sekitar 637 juta ton sampai tertinggi 664 juta ton,” katanya saat konferensi pers, Selasa (21/12/2021).

Dia menyebutkan bahwa proyeksi tersebut keluar setelah Kementerian ESDM meminta pendapat dari para stakeholders, termasuk para pelaku usaha di sektor pertambangan batu bara.

Meski begitu, pemerintah masih akan melihat perkembangan sampai akhir tahun, termasuk rencana kerja yang sedang disusun oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, dan regulasi mengenai kebutuhan negara bukan pajak untuk tahun depan.

Head of Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan, proyeksi impor batu bara dari China, India, negara-negara Asia Tenggara, dan sebagian besar pasar tradisional Indonesia meningkat sekitar 42 juta ton pada 2022.

“Dan kalau target produksi tahun ini sebesar 625 juta ton, bisa jadi tercapai 615 juta ton. Dengan target produksi sebesar 637 juta ton–664 juta ton, berarti ada kenaikan 12 juta ton hingga 39 juta ton,” katanya kepada Bisnis, Selasa (21/12/2021).

Kementerian ESDM mencatat produksi batu bara dalam negeri baru mencapai 560 juta ton, atau 89,6 persen dari target 625 juta ton. Target itu berpotensi tidak tercapai seiring dengan kondisi cuaca buruk di wilayah tambang.

Kemudian, realisasi kebutuhan batu bara dalam negeri telah menembus 121,3 juta ton, atau 88,2 persen dari target 137,5 juta ton. Angka tersebut diperkirakan terus meningkat hingga pengujung tahun.

Sementara itu, Kementerian ESDM mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) minerba telah mencapai Rp70,05 triliun hingga 10 Desember 2021. Angka itu telah menembus 179,14 persen dari target sebelumnya, yakni Rp39,1 triliun.

Di sisi lain, investasi subsektor mineral dan batu bara telah mencapai US$3,5 miliar, atau 81,3 persen dari target US$4,3 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper