Bisnis.com, JAKARTA — Head of Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengingatkan agar kenaikan produksi batu bara tahun depan tidak mengganggu komitmen perusahaan tambang dalam memenuhi ketentuan domestic market obligation (DMO).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kenaikan produksi batu bara berkisar antara 637-664 juta ton pada 2022. Dari jumlah tersebut diperkirakan kebutuhan untuk industri dalam negeri 190 juta ton.
Singgih menyebutkan bahwa rencana kementerian menaikan rencana produksi batu bara nasional masih pada angka rasional dalam peta prospek impor negara importir. Meski begitu, badan usaha diminta tidak melupakan kewajiban DMO.
"Namun terpenting, kenaikkan produksi harus diperkuat dengan komitmen perusahaan untuk memenuhi DMO agar kepentingan pengelolaan energi nasional tidak terganggu," katanya kepada Bisnis, Selasa (21/12/2021).
Lebih lanjut, dia menilai bahwa pengawasan produksi secara paralel harus dilengkapi dengan ketegasan. Kebijakan ini perlu untuk memastikan perlindungan pada lingkungan, komitmen DMO batu bara dan pengembangan pemberdayaan masyarakat (PPM) dapat berjalan optimal.
Sementara itu, dia menyebut peta impor batu bara global masih akan meningkat pada tahun depan. IMEF menyebutkan adanya kenaikan permintaan batu bara dari China, India, Asia Tenggara dan pasar besar lainnya sebesar 42 juta ton.
Baca Juga
"Kalau target produksi tahun ini sebesar 625 juta ton, bisa jadi tercapai 615 juta ton. Dengan target produksi sebesar 637 ton - 664 ton berarti ada kenaikan 12 - 39 juta ton. Sehingga target kenaikan masih relatif ketemu dengan proyeksi demand," terangnya.
Meski begitu, dia menilai pengembangan produksi batu bara harus memperhatikan kebijakan China dan India pada 2025 - 2026. Kedua negara ini mulai serius dalam transisi energi seiring dengan upaya phase down PLTU dan arah impor batu baranya.