Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerangkan bahwa kebutuhan investasi untuk pembangkit listrik energi terbarukan mencapai US$1.043 miliar, atau sekitar US$25 miliar per tahun yang setara dengan Rp350 triliun.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana memaparkan bahwa perkiraan tersebut sesuai dengan kalkulasi khusus untuk pendanaan pada pembangkit listrik.
“[Investasi] ini akan dimanfaatkan secara maksimal untuk sumber energi terbarukan yang ada, yang kita pahami sekarang,” katanya saat Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12/2021).
Dalam paparannya, kebutuhan investasi pembangkit listrik tersebut didominasi oleh energi baru terbarukan (EBT). 70 persen pendanaan dioptimalkan untuk pengembangan hydropower, panel surya, pembangkit nuklir, dan battery energy storage system (BESS).
Energi hidro atau pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memakan investasi masing-masing US$230,04 miliar dan US$169,7 miliar.
Kementerian memproyeksikan pengembangan listrik untuk PLTA mencapai 74,9 gigawatt (GW) dalam 40 tahun ke depan. Sementara itu, PLTS ditargetkan mampu menyediakan daya 464,8 GW.
Baca Juga
Kemudian energi nuklir atau PLTN diproyeksi memakan dana hingga US$182,5 miliar untuk membangun pembangkit 34 GW, sedangkan BESS memerlukan investasi sekurang-kurangnya US$119,8 miliar.
Total kebutuhan investasi US$1.043 miliar itu diproyeksi untuk mencapai kapasitas listrik 707,7 GW. Angka tersebut belum termasuk teknologi storage yang tengah dikembangkan dunia untuk pembangkit energi terbarukan.
Pemerintah, lanjutnya, akan mengembangkan teknologi pembangkit nuklir dan hidrogen di masa depan. Meski saat ini keekonomian tersebut belum terjangkau, namun Dadan optimistis perkembangan teknologi akan membuat proyeksi itu dapat dicapai.
“Dalam 4–5 tahun ke depan kita akan semakin kompetitif, tenaga surya yang dikombinasikan dengan baterai, atau dari sisi hidrogen dengan menggunakan EBT, atau introduksi tenaga nuklir,” terangnya.
Sementara itu, terkait program pengembangan EBT, kementerian membidik percepatan pengembangan pembangkit listrik tenaga EBT sesuai rencana usaha pembangkit tenaga listrik (RUPTL) PLN 2021–2030.
Kemudian, Kementerian ESDM akan memperbesar penerapan teknologi, termasuk B30, co-firing, konservasi energi primer fosil seperti PLTD atau PLTU ke EBT, hingga memanfaatkan EBT non-listrik seperti briket dan panas bumi.
Energi | Potensi (GW) | Terpasang (MW) |
Surya | 3.294,4 | 194 |
Hidro | 94,6 | 6.432 |
Bioenergy | 56,9 | 1.923 |
Bayu | 154,9 | 154 |
Geothermal | 23,7 | 2.186 |
Samudra | 59,9 | 0 |
Total | 3.684,40 | 10.889 |
Sumber: Potensi EBT September 2021/KESDM