Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Butuh Investasi US$187 Miliar, Perlu Upaya Maksimal untuk Capai 1 Juta Barel per Hari

optimisme untuk mencapai target tersebut masih harus tetap ada. Namun, dia pun mengamini target tersebut terlihat sulit untuk bisa dicapai dengan kondisi yang ada saat ini.
Platform offshore migas./Istimewa-SKK Migas
Platform offshore migas./Istimewa-SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA – Target peningkatan produksi minyak bumi 1 juta barel dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030 membutuhkan investasi jumbo untuk bisa mencapainya.

Di sisi lain, Indonesia justru kehilangan perusahaan-perusahaan migas besar yang sangat potensial untuk mengucurkan investasi dalam jumlah besar.

Kurang dari satu dekade lagi, target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari sudah harus tercapai untuk bisa memenuhi proyeksi peningkatan kebutuhan energi di dalam negeri.

Saat ini, masih terdapat jarak cukup besar antara realisasi produksi yang saat ini pada kisaran 660.000 barel per hari dan target 1 juta barel tersebut.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan bahwa optimisme untuk mencapai target tersebut masih harus tetap ada. Namun, dia pun mengamini target tersebut terlihat sulit untuk bisa dicapai dengan kondisi yang ada saat ini.

“Pastinya sulit, tapi tidak ada yang tidak bisa kalau diusahakan semaksimal mungkin,” katanya kepada Bisnis, Senin (13/12/2021).

Sebelumnya, Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, target peningkatan produksi dengan berkurangnya perusahaan migas kakap di Indonesia akan semakin membuat pencapaian target itu semakin sulit dicapai.

Menurutnya, untuk bisa mencapai 1 juta BOPD, secara kalkulasi memerlukan tambahan produksi dari lapangan migas skala besar, yang pada kenyataannya mayoritas dihasilkan dari investasi jumbo oleh para perusahaan berukuran besar pula.

“Bagi saya sendiri angka 1 juta BOPD sebenarnya memang belum cukup layak untuk disebut sebagai target, karena detail program kerjanya, termasuk di dalamnya akan dari lapangan mana produksi itu dihasilkan, berapa produksinya, kapan waktunya, dan siapa yang akan melakukannya, sampai saat ini belum jelas,” katanya.

Adapun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan kebutuhan investasi untuk target lifting minyak bumi 1 BOPD dan gas 12 BSCFD pada 2030 mencapai US$187 miliar atau setara dengan Rp2.618 triliun apabila menggunakan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya memproyeksikan kebutuhan investasi yang akan terus meningkat hingga 10 tahun ke depan guna mengejar target itu.

Pada 2021 investasi hulu migas dipatok sebesar US$12 miliar, meningkat jadi US$13 miliar pada 2022 dan 2023, US$16 miliar pada 2024, dan terus naik pada tahun selanjutnya menjadi US$17 miliar, serta US$19 miliar pada 2026.

Sementara itu, pada 2027 investasi hulu migas diproyeksikan bakal mencapai US$23 miliar, dan sedikit menurun pada tahun selanjutnya menjadi US$22 miliar. Namun, pada 2029 investasi kembali meningkat menjadi US$25 miliar, dan mencapai puncaknya pada 2030 senilai US$26 miliar.

“Untuk mencapai target 1 juta barel per hari dan 12 BSCFD tersebut, kami perkirakan industri hulu migas dapat menarik investasi atau Indonesia membutuhkan investasi dengan total US$187 miliar,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper