Bisnis.com, JAKARTA – Target untuk mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari, serta 12 miliar standar kaki kubik per hari dinilai akan semakin berat dan menjadi tidak rasional ketika banyak perusahaan migas besar meninggalkan Indonesia.
Pasalnya, dengan produksi minyak sekitar 660.000 barel per hari (BOPD) saat ini, Indonesia setidaknya masih harus mengejar jumlah produksi minyak sekitar 300.000--350.000 barel per hari. Dengan demikian, diperlukan penemuan-penemuan lapangan migas besar untuk bisa mencapai target itu.
Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, berkurangnya perusahaan migas kakap di Indonesia akan membuat peningkatan target produksi semakin sulit dicapai.
Untuk bisa mencapai 1 juta BOPD, kata dia, secara kalkulasi memerlukan tambahan produksi dari lapangan-lapangan migas skala besar, yang pada kenyataannya mayoritas dihasilkan dari investasi-investasi besar yang dilakukan oleh para perusahaan berukuran besar pula.
“Bagi saya sendiri, angka 1 juta BOPD sebenarnya memang belum cukup layak untuk disebut sebagai target, karena detail program kerjanya, termasuk di dalamnya akan dari lapangan mana produksi itu dihasilkan, berapa produksinya, kapan waktunya, dan oleh siapa yang akan melakukannya, sampai saat ini belum jelas,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan, pihaknya bersama SKK Migas dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) telah mengidentifikasi profil produksi yang direncanakan dari masing-masing perusahaan, dan diketahui bahwa pada 2030 bisa mencapai produksi minyak sekitar 1 juta bopd.
Baca Juga
Pemerintah pun telah menyiapkan beberapa strategi peningkatan produksi, yaitu program work routine, seperti infill drilling/step out pada lapangan existing dan work over/well service.
Selain itu, dilakukan juga percepatan transformasi resources menjadi produksi, dengan mempercepat POD baru dan POD yang pending.
“Program peningkatan produksi juga dilakukan dengan penggunaan enhanced oil recovery [EOR], seperti chemical EOR, CO2 injection dan steam flood,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga berencana menggeser lokasi eksplorasi dari yang semula fokus di wilayah barat Indonesia menjadi ke wilayah timur.
“Bagian Barat sudah sedemikian padat dieksploitasi dan eksplorasi, sedangkan bagian timur spot-nya masih sedikit. Ini tantangan kita semua,” imbuhnya.