Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

G20 dan MotoGP 2022, Bonus Besar Angkasa Pura I

PT Angkasa Pura I cenderung mengambil skenario konservatif bagi industri penerbangan domestik pada tahun depan.
Salah satu bentuk layanan pelanggan (customer service) virtual di Bandara Lombok yang dikelola PT Angkasa Pura I./Dok. Istimewa
Salah satu bentuk layanan pelanggan (customer service) virtual di Bandara Lombok yang dikelola PT Angkasa Pura I./Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura I (persero) atau AP I menilai pergerakan perjalanan internasional akan menjadi bonus tak terduga bagi kinerja perseroan pada tahun depan dengan adanya G20 dan MotoGP.

Direktur Keuangan AP I Andy Bratamihardja menjelaskan perseroan cenderung mengambil skenario konservatif bagi industri penerbangan domestik pada tahun depan. Perusahaan belum memasukkan proyeksi membaiknya penerbangan internasional pada 2022.

Dia mengambil contoh gelaran Superbike di Sirkuit Mandalika yang berlangsung sukses dan tak menciptakan klaster baru. Kondisi tersebut berdampak kepada ramainya pergerakan di Bandara Lombok yang dikelola oleh AP I.

“Nanti jika kondisi internasional penerbangan mulai membaik, ini jadi bonus. Insyaallah nanti ada event besar seperti MotoGP. Sudah pasti meningkatkan penerbangan internasional tapi itu nggak masuk ke proyeksi pada 2022. G20 juga terjadi di Bali juga kita belum hitung,” ujarnya, Kamis (9/12/2021).

Meski ada resiko kembali terjadinya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada tahun depan, tetapi dia menilai proyeksi yang saat ini dilakukan AP I termasuk potensi perjalanan internasional dilakukan dengan konservatif.

AP I sendiri memproyeksikan masih mengalami kerugian pada 2021 ini dan tahun depan dengan melihat kondisi neraca keuangan saat ini.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan hingga akhir tahun ini, AP I masih mengalami kerugian hingga Rp3,24 triliun dengan EBITDA yang juga minus Rp209 miliar. Imbasnya, arus kas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut juga akan minus Rp1,1 triliun.

Kondisi kerugian ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun depan, tetapi dengan lebih membaik.

"Diproyeksikan tahun depan memang kita dan masih akan rugi sekitar Rp601 miliar, tapi ini sudah jauh menurun dibanding dengan tahun 2021, dan positifnya adalah EBITDA-nya bisa positif sekitar Rp1,5 triliun dengan arus kas operasi yang akan sudah positif sekitar Rp1,15 triliun," ujarnya saat konferensi pers virtual yang dikutip, Kamis (9/12/2021).

Karena itu, operator bandara tersebut harus menempuh sejumlah upaya untuk menyehatkan mengurangi tekanan finansial yang dialami melalui restrukturisasi.

Lewat restrukturisasi, Faik memproyeksikan total pendapatan bisa meningkat lebih tinggi dari Rp4,86 triliun. Total beban juga dapat dikelola dengan baik menjadi Rp5,46 triliun untuk 16 bandara. Termasuk tambahan satu bandara di Batam, yang rencananya mulai tahun depan dikelola bersama dengan Incheon Airport.

Restrukturisasi yang dilakukan meliputi restrukturisasi keuangan, operasional, penjaminan dan fundraising. Kemudian dilakukan transformasi bisnis, dan juga optimalisasi aset. Pada intinya, restrukturisasi terhadap utang dan pokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper