Bisnis.com, JAKARTA – Meski menjadi salah satu kontributor terbesar pertumbuhan manufaktur, industri makanan dan minuman (mamin) belum bisa lepas dari problematika ketergantungan akan bahan baku impor.
Plt. Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menyebut lebih dari 60 persen bahan baku industri mamin masih didatangkan dari impor. Putu menyebut dependensi atau ketergantungan yang besar pada bahan baku impor disebabkan karena operasi petani, peternak, dan nelayan dalam negeri belum dikelola secara modern.
Hal itu berimbas pada ketidakpastian jaminan suplai, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun harga. Beberapa strategi yang dilakukan untuk mengurai permasalahan tersebut yakni dengan menggandeng industri untuk menjadi off taker atau penjamin komoditas hasil petani. Sektor yang didorong saat ini yakni industri pengolahan susu, kakao, dan pakan ternak.
"Di industri pengolahan susu, Kemenperin sudah banyak berperan meningkatkan kualitasnya dengan memperkenalkan teknologi milk collecting point, dijalankan dengan IoT untuk meningkatkan kualitas susu," kata Putu dalam Apel PAgi Kemenperin, Senin (6/12/2021).
Namun demikian, permasalahan suplai susu bukan hanya pada sisi kualitas, tetapi juga kuantitas. Putu menyebut sampai saat ini 78 persen bahan baku susu masih diimpor, hanya 22 persen sisanya yang bisa dipasok dari dalam negeri.
Di industri hulu, kemitraan juga perlu didorong agar industri ikut mengembangkan pakan ternak, yang bisa membantu peternak meningkatkan kepemilikannya sehingga mendongkrak hasil susu.
"Pakan ini sangat strategis, di samping peternak susu, juga pedaging. Kami akan bekerjasama dengan pihak yang mendorong pakan untuk bisa kita wujudkan pengembangan grain pellet atau pakan konsentrat," jelasnya.
Kontribusi sektor makanan minuman pada industri manufaktur tercatat 38,41 persen pada kuartal III/2021, 38,42 pada triwulan sebelumnya, dan 35,58 persen pada tiga bulan pertama tahun ini.
Adapun kontribusi industri agro sebesar 51,16 persen pada triwulan ketiga 2021, 50,59 persen pada kuartal kedua 2021, dan 49,15 persen pada tiga bulan pertama tahun ini.