Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Smelter Nikel Jadi Harapan Penyerap Gas Bumi Domestik dalam Jumlah Besar

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan smelter nikel akan menjadi pasar potensial yang bisa meningkatkan permintaan gas baru dalam jumlah besar di masa mendatang.
Sarana fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) milik PT Nusantara Regas yaitu Floating Storage Regasification Unit (FSRU) berada di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (19/10)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Sarana fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) milik PT Nusantara Regas yaitu Floating Storage Regasification Unit (FSRU) berada di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (19/10)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan smelter nikel akan menjadi pasar potensial yang bisa meningkatkan permintaan gas baru dalam jumlah besar di masa mendatang.

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Handoko mengatakan, akan ada tambahan permintaan gas bumi sekitar 2.000 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dari smelter pengolahan nikel yang akan memproduksi baterai untuk kendaraan listrik.

“Smelter yang di Sulawesi itu pasti butuh gas lebih dari 2.000 MMscfd, karena nikel kita banyak di sana, dan kita mau produksi baterai untuk electric vehicle,” katanya dalam konferensi pers The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021, Senin (29/11/2021).

Dengan adanya proyeksi peningkatan kebutuhan gas bumi itu, kata dia, maka pasokan gas di dalam negeri akan mendapatkan kepastian serapan apabila terjadi pertumbuhan produksi.

Di samping itu, Arief mengatakan, pasokan gas bumi di dalam negeri akan siap untuk memenuhi kebutuhan smelter tersebut.

Ke depannya, akan ada pasokan gas bumi dari beroperasinya Tangguh Train 3 yang akan memberikan tambahan sekitar 60 kargo LNG.

Produksi dari Tangguh Train 3 dinilai bisa menjadi salah satu sumber pasokan yang dapat digunakan oleh smelter tersebut, mengingat tidak ada jaringan infrastruktur gas yang tersedia dari lapangan migas di sekitar lokasi smelter.

Arief juga menuturkan, untuk menampung LNG tersebut diperlukan floating storage regasification unit (FSRU) agar bisa mengamankan pasokan gas.

“Jadi mau tidak mau yang di Sulawesi itu di-deliver gasnya tidak lewat gas pipa, karena memang tidak ada lapangan migas di sana, mau tidak mau harus pakai LNG,” jelas Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper