Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Teken MoU Impor LPG hingga Minyak dari AS

Pertamina dikabarkan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk impor LPG, bensin, dan minyak mentah dari Amerika Serikat (AS).
Siluet pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Siluet pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) disebut telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk impor LPG, bensin, dan minyak mentah dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Rabu (9/7/2025), hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.

Adapun, pembelian LPG, bensin, dan minyak mentah dari Negeri Paman Sam itu sebelumnya dilakukan sebagai bagian dari paket negosiasi tarif resiprokal dari Presiden AS Donald Trump. Trump mengenakan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%.

Bisnis pun mencoba mengonfirmasi dan meminta keterangan lebih lanjut kepada Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari terkait penandatangan MoU tersebut. Namun, hingga berita ini diturunkan yang bersangkutan belum memberikan respons.

Adapun, sebelumnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan, pemerintah tetap mendorong peningkatan impor LPG dan minyak mentah dari AS.

Menurutnya, hal ini akan tetap dilakukan meski Trump tetap mengenakan tarif resiprokal untuk Indonesia sebesar 32%. Yuliot menyebut, impor energi dari Negeri Paman Sam bakal ditingkatkan demi menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS.

Dia berpendapat, peningkatan impor juga terus diupayakan demi merayu Trump agar menurunkan tarif resiprokal untuk RI. Apalagi, tarif itu baru akan berlaku pada 1 Agustus 2025. Artinya, masih ada kesempatan untuk negosiasi.

"Surplus [perdagangan] kita ke AS kurang lebih sekitar US$19 miliar. Dari sisi energi kita juga berusaha membuat trade balance antara AS dan Indonesia. Kami berusaha meningkatkan impor energi dari AS," ucap Yuliot dalam acara Sarasehan Nasional: Mendorong Keberlanjutan Industri Hulu Minyak dan Gas untuk Kemandirian Energi di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

Yuliot juga menyebut, impor energi dari AS bersifat keberlanjutan. Karena itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto masih akan terus membujuk Trump.

Apalagi, dalam negosiasi itu, Indonesia berencana akan membelanjakan US$34 miliar atau setara Rp551,1 triliun (asumsi kurs Rp16.209 per US$) untuk impor dari AS. Dari total jumlah tersebut, sebanyak US$15,5 miliar atau setara Rp251,24 triliun dialokasikan untuk belanja energi.

Lebih lanjut, Yuliot menjelaskan, sejatinya Indonesia melakukan impor migas secara tidak langsung atau indirect dari AS. Proses itu selama ini dilakukan lewat impor dari Singapura.Notabene migas dari Singapura itu merupakan produk dari AS.

Oleh karena itu, Yuliot menyebut, ke depan impor migas itu bakal langsung dari AS. Dia mengaku telah berkomunikasi dengan dua perusahaan migas raksasa AS, yakni ExxonMobil dan Chevron.

"Beberapa produsen minyak AS kami juga sudah komunikasi, seperti Exxon mereka punya produksi global sekitar 5 juta barel per hari, sementara Chevron mereka sekitar 3 juta barel," tutur Yuliot.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper