Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut bahwa nilai investasi belum tentu mencerminkan efek pengganda atau multiplier effect.
Hal itu disampaikannya pada acara Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi 2021, di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Bahlil menyebut modal yang masuk berkat aliran investasi pada suatu daerah, belum tentu produktif atau mencerminkan hilirisasi. Hilirisasi merupakan visi investasi yang diberikan dari Presiden Jokowi.
"Ternyata, realisasi investasi, uang yang masuk itu belum tentu produktif. Hilirisasi di Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara itu lebih tinggi daripada di Jawa Barat dan Jawa Tengah," jelas Bahlil di hadapan Presiden.
Seperti diketahui, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah termasuk provinsi yang memiliki capaian nilai investasi tertinggi. Pada kuartal III/2021, investasi yang masuk ke Jawa Barat adalah terbesar senilai Rp34,8 triliun. Angka itu setara dengan 16,0 persen dari total investasi yang masuk ke Indonesia sebesar Rp216,7 triliun.
Bahlil menyebut multiplier effect dari investasi yang masuk ke daerah-daerah seperti Maluku Utara dan Sulawesi Tengah justru tinggi, meskipun nilainya lebih rendah dari Jawa Barat atau Jawa Tengah.
"Multiplier effect di Maluku Utara sama Sulawesi Tengah itu tinggi. Nilai belum tentu mencerminkan multiplier effect," kata Bahlil.
Adapun, target investasi tahun ini adalah Rp900 triliun. Pada periode Januari-September 2021, realisasi investasi sudah mencapai 73,3 persen atau setara dengan Rp659,4 triliun.
Tahun depan, Presiden Jokowi memberikan target investasi ke Kementerian Investasi/BKPM sebesar Rp1.200 triliun.