Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia alias Apindo Hariyadi Sukamdani mendukung implementasi kesepakatan local currency settlement (LCS) antara Indonesia dengan China yang sudah efektif pada September 2021.
Hariyadi mengatakan implementasi LCS antar kedua negara itu sudah ditunggu sejak lama oleh kalangan pengusaha. Dia berpendapat LCS dapat membuat transaksi perdagangan kedua negara menjadi lebih efisien.
Dengan demikian, dia berharap, terjadi peningkatan kerjasama perdagangan hingga investasi di antara Indonesia dan China seiring penerapan LCS ke depan.
“Untuk menjaga perdagangan kita lebih efisien dan pertumbuhan ekonomi ke depan menjadi stabil,” kata Hariyadi dalam webinar Indonesia China LCS Implementation Progress & Best Practice, Rabu (24/11/2021).
Hariyadi menambahkan implementasi LCS itu terlihat sudah mengoptimalkan kemitraan dagang dan investasi kedua negara beberapa waktu terakhir. Dia berharap pelaku usaha mulai beralih menggunakan fasilitas pembayaran LCS itu untuk mengoptimalkan transaksi mereka.
“LCS telah membuat keuntungan kedua negara seperti investasi dan neraca perdagangan meningkat dari waktu ke waktu,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesia dan China telah meninggalkan penggunaan dolar Amerika Serikat dalam transaksi perdagangan, seiring dengan diselesaikannya aturan teknis pelaksanaan kesepakatan LCS. Tetapi, masih terdapat sejumlah tantangan dalam pelaksanaan ke depan.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan kesepakatan LCS dijalin untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam transaksi perdagangan. Penggunaan LCS diharapkan juga bisa menghasilkan efisiensi dalam transaksi karena pelaku usaha tidak perlu melakukan konversi mata uang berkali-kali.
“Lalu tujuannya untuk meningkatkan exposure mata uang itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui yang kita lihat adalah pergerakan terhadap dolar Amerika Serikat,” kata Kasan, Kamis (5/8/2021).
Kasan mengatakan LCS dengan China menjadi penting karena negara tersebut merupakan mitra dagang utama RI. Volume perdagangan Indonesia dan China tercatat terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Data Kemendag memperlihatkan bahwa total perdagangan kedua negara mencapai US$48,08 miliar sepanjang semester I/2021.