Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Tekstil Tak Khawatirkan Dampak Biaya Logistik Global

Komitmen Indonesia untuk menjamin keberlanjutan produksi di tengah pandemi dan masalah logistik yang terjadi secara merata membuat pengiriman produk tekstil cenderung tak terganggu. 
Ilustrasi industri tekstil
Ilustrasi industri tekstil

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri meyakini permintaan pada tekstil dan produk tekstil (TPT) tetap akan tumbuh, terlepas dari risiko kenaikan harga di tingkat konsumen imbas dari biaya logistik global yang masih tinggi.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto mengatakan kondisi logistik global tidak mempengaruhi daya saing Indonesia dibandingkan dengan produsen lain.

Komitmen Indonesia untuk menjamin keberlanjutan produksi di tengah pandemi dan masalah logistik yang terjadi secara merata membuat pengiriman produk tekstil cenderung tak terganggu. 

“Masalah logistik ini tak hanya Indonesia yang merasakan, tetapi juga pada ekspor negara-negara produsen lainnya. Jadi dari sisi daya saing tetap sama,” kata Anne, Selasa (23/11/2021).

Dia juga mengatakan faktor geopolitik membuat buyer menjadikan Indonesia sebagai pemasok produk utama. Menurutnya, posisi Indonesia yang tidak condong pada blok ekonomi atau politik tertentu menempatkan perdagangan Indonesia pada situasi yang relatif aman.

“Tren permintaan masih terus naik sampai 2022. Tahun ini mungkin tumbuh satu digit, tetapi tahun depan kami perkirakan bisa dua digit,” katanya.

Anne yang juga menjabat sebagai Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) menjelaskan kontribusi pakaian medis dalam ekspor TPT Indonesia mulai menurun pada 2021 dibandingkan dengan 2020. Hal ini menjadi sinyal bahwa permintaan di luar perlengkapan medis mulai meningkat.

Mengutip data Kementerian Perdagangan, ekspor barang-barang rajutan dalam kode HS 61 meningkat 24,92 persen dalam kurun Januari sampai September 2021, dari US$2,47 miliar menjadi US$3,04 miliar. Sementara ekspor pakaian jadi bukan rajutan dalam kode HS 62 naik 3,36 persen dari US$2,84 miliar menjadi US$2,93 miliar.

Terpisah, Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur justru menyatakan kekhawatiran soal risiko permintaan yang turun akibat biaya logistik yang tinggi.

Pada saat yang sama, eksportir sejatinya tengah menikmati peluang terbukanya pasar Amerika Serikat, seiring dengan akses produk China yang masih menghadapi kendala di Negeri Paman Sam.

“Di pasar tujuan ekspor harga bisa naik 10 sampai 15 persen karena buyer yang menanggung biaya logistik. Ini sudah mulai berpengaruh ke order ke depan, kalau biaya logistik tidak bisa mereka ikuti bisa dihentikan [pemesanannya],” kata dia.

Abdul Sobur berpendapat masalah ini hanya bisa diurai jika Indonesia memiliki shipping line sendiri. Selama bertahun-tahun, perusahaan pengelola pengapalan lintas benua berasal dari luar negeri. Abdul Sobur menduga ada praktik kesengajaan dalam penetapan biaya pengapalan.

“Saya menduga ada semacam kartel. Sejauh ini yang mengeluh baru dari negara produsen, bukan negara maju yang jadi tujuan ekspor meski yang dirugikan dengan kondisi logistik ini adalah buyer,” katanya.

Ekspor kayu dan barang dari kayu tercatat naik 22,36 persen dari US$2,77 miliar menjadi US$3,39 dalam kurun Januari sampai September 2021. Nilai ekspor tumbuh fantastis, terlepas dari simulasi perhitungan UNCTAD yang menyebutkan bahwa produk furnitur menjadi salah satu yang paling terimbas kenaikan biaya logistik global.

Menurut simulasi UNCTAD, lima kelompok produk yang mengalami kenaikan signifikan mencakup komputer, elektronik, dan produk optik (11,4 persen); furnitur (10,2 persen); tekstil dan produk dari tekstil (10,1 persen); produk karet dan plastik (9,4 persen); dan produk farmasi serta peralatan listrik (7,5 persen).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper