Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Penurunan Kasus Covid Tak Surutkan Prospek Industri Farmasi

Sebelumnya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh signifikan pada kuartal III/2021 sebesar 9,71 persen secara year-on-year.
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri farmasi masih akan terus bertumbuh di tengah tren penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air.

Sebelumnya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh signifikan pada kuartal III/2021 sebesar 9,71 persen secara year-on-year. Angka tersebut menjadikannya sebagai salah satu penopang kinerja manufaktur pada kuartal tersebut.

"Diperkirakan [industri kimia, farmasi, dan obat tradisional] masih akan terus tumbuh di masa depan. Proyeksi ini berdasarkan fakta kebutuhan obat di dalam negeri saat ini sudah dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri," kata Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Muhammad Taufiq kepada Bisnis, Kamis (18/11/2021).  

Taufiq mengatakan sekitar 76 persen kebutuhan obat telah mampu disuplai oleh industri farmasi domestik. Sebaliknya 24 persen sisanya yang masih diimpor merupakan obat-obat paten dan berteknologi tinggi.

Dia pun mengatakan bahwa pertumbuhan industri ditopang oleh melonjaknya permintaan akan barang-barang terkait Covid-19 selama pandemi. Sebelumnya, pertumbuhan industri tercatat 9,15 persen pada kuartal II/2021 dan 11,46 persen pada triwulan pertama tahun ini.

Data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan adanya penurunan yang cukup signifikan untuk importasi produk farmasi dalam kode HS 30, yakni sebesar US$163,2 juta pada Oktober 2021 dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Penurunan kasus Covid-19 ditengarai menyebabkan terpangkasnya impor produk-produk antivirus yang sebagian besar masih merupakan obat paten.

Taufiq menjelaskan untuk menjaga ketersediaan obat terapi Covid-19, pemerintah telah mendorong penggunaan skema government use atau paten pemerintah untuk 3 molekul bahan baku obat (BBO). Ketiganya yakni favipiravir, remsedivir, dan tocilizumab.

"Sudah banyak industri yang memproduksi obat favipiravir seperti Kimia Farma dengan kapasitas 25 juta tablet per bulan, Kalbe Farma dengan kapasitas 20 juta tablet persen bulan, Novell Pharmaceutical dan lain-lain," ujar Taufiq.

Sementara itu, produsen BBO dalam negeri PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) telah memasarkan enam jenis bahan baku ke industri farmasi, antara lain dua BBO anti kolesterol yaitu simvastatin dan atorvastatin, antiplatelet untuk pengobatan hipertensi yaitu clopidogrel, anti virus untuk hepatitis yaitu entecavir, dan dua antiretroviral (ARV) untuk pengobatan HIV AIDS yaitu lamivudin dan zidovudin.

Presiden Direktur KFSP Pamian Siregar mengatakan total ada 10 jenis BBO yang telah berhasil dikembangkan perusahaannya. Empat jenis BBO yang belum diserap, masih dalam proses peralihan sumber bahan baku di beberapa industri farmasi.

"Strength point-nya adalah bahwa BBO yang diproduksi dalam negeri sudah dapat berkontribusi untuk menurunkan impor BBO," kata Pamian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper