Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Amerika Serikat tembus 6,2 persen secara tahunan, menjadi yang tertinggi sejak 1990. Capaian itu sudah melampaui perkiraan sebesar 5,9 persen.
Indeks harga konsumen (CPI) secara bulanan naik 0,9 persen, melebihi dari ekspektasi sebesar 0,6 persen. Di negara lain seperti Brasil dan China juga tercatat melebihi perkiraan, masing-masing sebesar 10,7 persen dan 13,5 persen.
Kepala Ekonom Bahana Satria Sambijantoro mengatakan tingginya inflasi tidak hanya terekam pada komoditas seperti energi dan transportasi, tetapi juga perumahan, makanan, bahkan kesehatan.
"Penambahan likuiditas atau quantitative easing yang agresif dari The Fed, terutama untuk sekuritas yang didukung hipotek, mungkin telah mendorong inflasi perumahan yang melonjak ke level tertinggi tahun ini, menentang jatuhnya harga kayu," ujar Satria dan tim Bahana dalam keterangan tertulis pada Kamis (11/11/2021).
Pemilihan Gubernur The Fed akan menambah ketidakpastian pada kebijakan moneter AS. Presiden AS Joe Biden mempertimbangkan tidak lagi melanjutkan kepemimpinan Jerome Powell setelah dilaporkan mewawancarai Lael Brainard.
Baca Juga
Namun, baik Powell atau Brainard yang beraliran hawkish bakal diadu pada saat politik sedang sulit, di mana setiap kandidat membutuhkan persetujuan dari Senat.
US Treasury atau obligasi pemerintah AS terjual murah setelah imbal hasil 10 tahun naik 13 basis poin menjadi 1,53 persen dan indeks dolar AS (DXY) naik 1 persen. Sementara saham terpukul karena Nasdaq jatuh 1,4 persen.
Logam industri sebagai lindung nilai alami terhadap inflasi tercatat naik, dipimpin oleh emas yang merangkak 1 persen.