Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Perketat Penggunaan Dana, Developer Makin Tertekan

Pemerintah China memperketat penggunaan dana hasil penjualan properti oleh developer dengan memprioritaskan penyelesaian proyek mereka, bukan untuk menggarap proyek berikutnya. Kondisi itu makin menekan developer China yang tengah berjuang mendapatkan konsumen di tengah batasan pembelian rumah untuk menghindari properti dijadikan ajang spekulasi.
Residensial dan perkantoran di Beijing, China, dalam foto file 10 Januari 2017./Reuters/Jason Lee
Residensial dan perkantoran di Beijing, China, dalam foto file 10 Januari 2017./Reuters/Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah-pemerintah daerah di China meningkatkan pengawasan dana hasil prapenjualan kalangan developer untuk memastikan bahwa perusahaan pengembang memprioritaskan penyelesaian proyek yang tengah mereka kerjakan, bukan memulai proyek berikutnya.

Sejumlah daerah yang memperketat pemanfaatan hasil uang prapenjualan proyek properti yang dibangun developer adalah Beijing, Tianjin, dan Shijiazhuang serta kota-kota kecil seperti Suzhou dan Nantong di Provinsi Jiangsu, dan Luohe di Provinsi Henan.

Mereka menerbitkan peraturan yang memperketat pengawasan terhadap hasil penjualan, demikian laporan China Business News dan pernyataan pemerintah yang dikutip Bloomberg.

Yan Yuejin, Direktur Riset di E-house China Research and Development Institute yang berbasis di Shanghai dalam laporan pada Rabu (10/11/2021) menyebutkan langkah-langkah itu dimaksudkan untuk memastikan penyelesaian tepat waktu dan penyelesaian properti karena jumlah proyek yang ditangguhkan meningkat di tengah penurunan parah di pasar real estat nasional.

Namun, kebijakan tersebut diprediksi bakal memperburuk kekurangan uang tunai untuk beberapa pengembang dan membuatnya lebih sulit bagi mereka untuk membayar utang, karena perusahaan akan memiliki lebih sedikit akses ke hasil tersebut di tingkat proyek, kata laporan itu mengutip sumber industri yang tidak disebutkan namanya.

Data resmi menunjukkan bahwa hasil prapenjualan umumnya mencakup hampir setengah dari arus kas masuk pengembang.

Chen Wenjing, Direktur Riset Asosiasi di China Index Academy, mengutarakan bahwa peraturan baru itu secara langsung memengaruhi ritme penjualan perusahaan real estat dan memperlambat perputaran modal mereka sehingga sangat mungkin meningkatkan tekanan pada modal kerja mereka.

Industri real estat China tengah terguncang akibat krisis utang salah satu developer raksasa Evergrande yang mencapai US$300 miliar atau sekitar Rp4,3 triliun.

Krisis itu bak virus yang membuat developer lainnya bermasalah di tengah upaya pemerintah meredam penggunaan rumah untuk tujuan spekulasi sehingga developer berjuang keras mendapatkan pembeli yang terpaksa menahan pembelian properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper