Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bandara Halim Ditutup Setahun, Nasib Pesawat Propeller Berjadwal Gimana?

Pesawat propeller berjadwal dinilai akan terdampak terkait dengan Bandara Halim Perdanakusuma yang ditutup setahun.
Wings Air ATR 72-600 PK-WGS di Kualanamu Medan International Airport/Istimewa
Wings Air ATR 72-600 PK-WGS di Kualanamu Medan International Airport/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana penutupan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur untuk revitalisasi selama setahun bakal berdampak terhadap penerbangan pesawat propeller berjadwal.

Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman mengatakan jumlah pergerakan pesawat di bandara berkode HLP tersebut tidaklah sedikit. Meski demikian penerbangan pesawat jet berjadwal masih dapat dialihkan ke Bandara Soekarno-Hatta tanpa menimbulkan persoalan selama proses revitalisasi. Namun, lanjutnya, yang menimbulkan tantangan adalah penerbangan pesawat propeller berjadwal.

“Mereka [pesawat propeller] tidak diberi akses masuk ke Bandara Soekarno-Hatta, dan mau kemana? Bandung terlalu jauh dan Pondok Cabe fasilitas penumpangnya belum tentu sanggup melayani,” katanya, Selasa (9/11/2021).

Dia menjelaskan kendala utama mengenai bandara di Pondok Cabe adalah terkait dengan jam operasi dan kemampuan operasi pada saat cuaca buruk. Namun, jika penerbangan tersebut dialihkan ke Bandara Kertajati akan terlalu jauh untuk Jakarta.

Gerry menilai Bandara Kertajati hanya memungkinkan untuk penyimpanan pesawat selama Bandara Halim Perdanakusuma ditutup.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana merevitalisasi Bandar Udara Halim Perdanakusuma (HLP) Jakarta, guna meningkatkan faktor keselamatan penerbangan. Hal ini dilakukan mengingat bandara tersebut punya fungsi yang vital, tetapi terjadi penurunan kualitas elemen terutama runway.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan pembahasan intensif tengah dilakukan dengan berkoordinasi bersama Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Udara, Kementerian Keuangan, Sekretariat Negara, Kementerian PUPR, Angkasa Pura II, serta pemangku kepentingan terkait lainnya.

"Kami sedang menyiapkan desain sisi udara seperti rekonstruksi runway dan perbaikan sistem drainase. Hal-hal tengah kami bahas dengan berbagai pihak," ujarnya.

Novie mengaku saat ini tengah membahas berbagai hal yang harus dipersiapkan terkait dampak dari proses revitalisasi yang memerlukan waktu kurang lebih satu tahun itu. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan keselamatan dan pelayanan terbaik dapat dipenuhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper