Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Pesona Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia

Di mata Indonesia, nuklir sudah tidak lagi menjadi opsi terakhir dalam pengembangan energi bersih di masa depan. Pengembangan pembangkit yang berbahan bakar uranium dan thorium itu telah mendapatkan tempat dalam peta jalan energi Indonesia.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Di mata Indonesia, nuklir sudah tidak lagi menjadi opsi terakhir dalam pengembangan energi bersih di masa depan. Pengembangan pembangkit yang berbahan bakar uranium dan thorium itu telah mendapatkan tempat dalam peta jalan energi Indonesia.

Indonesia masih memiliki peluang untuk investasi energi baru dan terbarukan (EBT) jika mengacu dengan sumber daya alam yang dimiliki saat ini. Dari total sumber daya alam tersebut, masih sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah merespons kebijakan dengan menyiapkan sejumlah teknologi andal. Dia menuturkan, besarnya potensi bisnis EBT di Indonesia dilihat dari sisi potensi EBT yang belum dioptimalkan.

“Peluang pertama dan utama tentu saja Indonesia memiliki sumber daya baru dan terbarukan yang melimpah, terutama tenaga surya, diikuti oleh hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan lautan, dengan total potensi 648,3 GW, termasuk potensi uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Hingga saat ini, baru 2 persen dari total potensi yang telah dimanfaatkan,” kata Arifin ketika peluncuran Net Zero World pada COP ke-26 di Glasgow, Rabu (3/11/2021).

Penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sendiri mulai beroperasi secara komersial pada 1950. Sampai dengan Oktober 2021, energi nuklir memiliki porsi sebesar 10 persen terhadap elektrifikasi di dunia, dengan sebanyak 440 reaktor nuklir yang beroperasi.

Ilustrasi reaktor nuklir./Istimewa
Ilustrasi reaktor nuklir./Istimewa

Berdasarkan data world-nuclear.org, energi nuklir merupakan sumber energi rendah karbon nomor dua terbesar yang ada di dunia. Organisasi itu pun mencatat setidaknya sebanyak 50 negara telah mengoperasikan PLTN untuk memasok kebutuhan listriknya.

Dari seluruh negara di dunia, kapasitas terpasang PLTN terbesar berada di Amerika Serikat dengan daya 789.9 terawatt hour (TWh) dan China menjadi negara terbesar kedua yang memiliki kapasitas terpasang PLTN, yaitu sebesar 344,7 TWh.

Sementara itu, Prancis juga menjadi salah satu negara yang mengoperasikan PLTN terbesar, yakni dengan kapasitas 338,7 TWh.

Tercatat sejak tahun ini, setidaknya akan ada sebanyak 50 reaktor nuklir akan dibangun di 19 negara di dunia yang mayoritas berada di China, India, Rusia, dan Uni Emirat Arab.

 

Masuk ke dalam rencana PLN

Sementara itu, untuk di Indonesia, rencana penggunaan nuklir telah dicanangkan oleh PT PLN (Persero) yang akan memasukkannya ke dalam sistem pembangkitan pada 2040 mendatang, seiring dengan pengembangan teknologi nuklir yang semakin aman.

PLN melalui PT PLN Enjiniring telah meneken nota kesepahaman dengan ThorCon International dalam rangka melakukan feasibility study, grid study, dan studi tapak sebagai persiapan pembangunan prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) pertama di Indonesia.

PLTT yang ditargetkan beroperasi komersial (COD) pada 2028 itu diharapkan memiliki keekonomian yang lebih kompetitif dari pembangkit batu bara.

Direktur Operasi ThorCon Power Indonesia Bob S Effendi menjelaskan bahwa pihaknya masih berfokus untuk menyelesaikan tahap kajian dalam rencana pembangunan PLTT tersebut.

Dia mengatakan mengatakan pada saat ini pihaknya masih menyelesaikan empat fokus kajian untuk pengembangan PLTT. Kajian yang sedang dijalankan adalah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ketenaganukliran dengan Universitas Sebelas Maret (UNS).

PLTN di Prancis./Istimewa
PLTN di Prancis./Istimewa

Kerja sama itu sekaligus sebagai survei penerimaaan masyarakat dan program sosialisasi yang merupakan salah satu syarat pembangunan prototipe PLTT.

“Kajian penerimaan masyarakat melibatkan Universitas Sebelas Maret dan Universitas Bangka Belitung,” ujarnya.

Dia menambahkan, pihaknya juga telah memulai feasibility study, grid study, dan site study. Bersamaan dengan itu, ThorCon menjalankan kajian keselamatan dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung untuk pembangunan laboratorium molten salt reactor (MSR).

Nantinya, laboratorium itu menjadi pelopor untuk penelitian dan pengembangan bahan bakar (fuel salt) dari MSR.

“Kami juga akan melakukan kajian terkait dengan TKDN [tingkat kandungan dalam negeri] yang akan melibatkan Surveyor Indonesia,” jelasnya.

 

Nuklir bisa jadi alternatif

Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat bahwa nuklir bisa menjadi pertimbangan bagi Indonesia ke depannya.

Seiring dengan teknologi nuklir yang semakin aman dan semakin efisien investasinya, maka nuklir bukan lagi menjadi pilihan terakhir bagi Indonesia.

Di samping itu, dengan cadangan uranium dan thorium yang Indonesia miliki, maka nuklir bisa menjadi salah satu alternatif sumber energi ke depannya.

“Belum lagi nuklir adalah sumber energi yang paling bersih jika dibandingkan dengan energi lain, terutama EBT. Hal ini disebabkan EBT, seperti matahari dan angin membutuhkan energi tambahan sebagai peaker, mengingat mereka bersifat intermiten. Jadi membutuhkan energi fosil, seperti gas atau batu bara sebagai back up. Akan tetapi, nuklir tidak memerlukan hal tersebut,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/11/2021).

PLTN di Iran./Reuters
PLTN di Iran./Reuters

Mamit menjelaskan, beberapa wilayah di Indonesia juga sudah siap untuk menerima pembangkit nuklir, seperti Bangka Belitung yang sedang mempersiapkan pembangkit nuklir.

Dengan demikian, tinggal dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pembangkit nuklir tersebut.

Menurutnya, penggunaan nuklir saat ini bisa dikatakan aman, karena perkembangan teknologi saat ini sudah berjalan pesat.

“Limbahnya juga sudah bisa dikelola dengan baik, sehingga tidak akan menimbulkan kekhawatiran akan pencemaran,” imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper