Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerangkan bahwa Indonesia berpotensi menggunakan energi berbasis nuklir atau radioaktif untuk menggantikan batu bara.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa nuklir adalah opsi yang cukup menarik bagi pembangkit listrik di Indonesia.
Energi nuklir atau radioaktif, menurutnya, menjadi pengganti batu bara atau energi berbasis fosil yang saat ini dikampanyekan untuk dikurangi.
“Sehingga masa depan kita tidak lagi akan menggunakan energi berbasis fosil, maka nuklir adalah opsi yang potensial untuk Indonesia, selain karena kita memiliki cukup banyak bahan bakunya,” katanya saat webinar Mineral for Energy Radioaktif/Nuklir - Baterai yang berlangsung Jumat (10/9/2021) malam.
Selain itu, dia menyebut, biaya pembangkit listrik akan lebih murah dengan menggunakan nuklir, sehingga secara keseluruhan akan berdampak pada industri dan perekonomian nasional.
Sementara itu, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada 2019 mencatat total sumber daya uranium yang dimiliki Indonesia sebanyak 81.090 ton dan thorium sebanyak 140.411 ton.
Bahan baku nuklir tersebut tersebar di tiga wilayah, yakni Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Sumatra memiliki 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium, Kalimantan sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium, serta Sulawesi sebanyak 3.793 ton uranium dan 6.562 ton thorium.
Untuk satu pembangkit berkapasitas 1.000 megawatt dibutuhkan setidaknya 21 ton uranium. Jumlah uranium ini dapat memproduksi listrik selama 1,5 tahun, dan limbah yang dihasilkan sekitar sepertiga dari jumlah uranium.