Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan menggelar kegiatan misi dagang untuk memperkuat pasar Timur Tengah dan Kawasan Teluk, khususnya Uni Emirat Arab (UEA). Kegiatan ini disambut positif oleh pelaku usaha perhiasan dan makanan-minuman (mamin).
“Misi dagang UEA bertujuan memperkuat penetrasi pasar Timur Tengah dan juga membangun jejaring bisnis dengan menghadirkan pelaku usaha Indonesia. Diharapkan melalui kegiatan ini ekspor produk perhiasan serta mamin Indonesia pascapandemi akan mengalami peningkatan signifikan,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi yang memimpin misi dagang tersebut seperti dikutip dari siaran pers, Senin (8/11/2021).
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Kemendag dengan Kedutaan Besar RI di Abu Dhabi, Konsul Jenderal RI Dubai, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Dubai. Misi dagang terdiri dari kegiatan forum bisnis dan penjajakan kerja sama bisnis (business matching).
Forum bisnis RI-UEA dibuka oleh Duta Besar RI untuk UEA Husin Bagis dan diikuti 60 peserta terdiri dari perusahaan Indonesia, buyer, diaspora Indonesia, asosiasi, serta perwakilan pemerintah.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Eddy Yahya berharap ekspor produk perhiasan Indonesia ke UAE dapat meningkat tiga kali lipat pada 2025.
“Terutama, jika perjanjian ekonomi komprehensif Indonesia dan UEA [IUAE-CEPA] dapat ditandatangani dan diimplementasikan pada 2022,” katanya.
Baca Juga
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengungkapkan mengatakan nilai ekspor mamin Indonesia dan UEA saat ini masih sangat kecil.
“Diharapkan ada investor UEA di sektor mamin untuk berinvestasi di Indonesia. Kegiatan ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kolaborasi pada sektor halal dan promosi program Indonesia Spice up the World,” ucapnya.
Chairman Dubai Gold and Jewelry Group Tawhid Mohammad Taher Abdulla Al Mohadi berharap ada peningkatan suplai produk perhiasan Indonesia ke UAE. Menurutnya, suplai dari Indonesia terhitung masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan UAE akan emas.
Sejumlah kesepakatan dagang tercatat berhasil dicapai dalam kegiatan business matching di misi dagang kali ini. Empat nota kesepahaman ditandatangani untuk produk perhiasan emas senilai total US$180 juta yang akan dipasok selama setahun.
UEA sendiri merupakan pasar potensial untuk perhiasan dan emas Indonesia karena merupakan hub untuk pasar lainnya. Namun, ekspor dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan karena adanya pandemi akibat kebijakan pembatasan di masing-masing negara.
Pada 2020, total perdagangan kedua negara mencapai US$2,9 miliar. Sementara pada periode Januari—Agustus 2021, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$2,41 miliar.
Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke UEA sebesar US,$1,12 miliar, naik sebesar 33,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$833,79 juta.
Sedangkan impor Indonesia dari UEA senilai US$1,29 miliar atau naik 20,96 persen dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$1,07 miliar.
Produk utama ekspor nonmigas Indonesia ke UEA, antara lain minyak sawit, perhiasan, pipa besi dan tabung, kendaraan bermotor, dan kain sintetis.