Bisnis.com, JAKARTA – Properti menjadi salah satu instrumen investasi yang menjanjikan karena menawarkan profit yang cukup tinggi. Pertumbuhan jumlah penduduk dan keluarga baru menjadi salah satu faktor utama semakin banyaknya pemain di bisnis properti.
Meski terlihat sangat menarik, sektor properti tetap memiliki risiko seperti bisnis dan instrumen investasi lainnya.
Corporate Marketing & Agent Relation Department Head Astra Property Alvin Kurniawan mengatakan, investasi properti memiliki ciri khas, yakni di satu sisi tidak likuid, namun di sisi lain sangat likuid.
Agar investasi properti likuid, lanjutnya, diperlukan momen yang tepat dalam berinvestasi properti, sehingga bisa naik dengan cepat.
“Investasi properti banyak yang bilang butuh modal besar. Namun, membeli properti ini pun pada awalnya bisa menggunakan DP yang rendah, mulai 0–10 persen, dan dicicil melalui bank,” ujarnya dalam Webinar Investasi Cerdas untuk Masa Depan yang diselenggarakan Astra Property, Sabtu (6/11/2021).
Dia menjelaskan, investasi properti memiliki beberapa keunggulan, yakni pertama apabila properti disewakan maka bisa mendapatkan yield.
Baca Juga
Kedua, harga properti memang besar, tetapi bisa menggunakan modal awal kecil untuk membayar. Selain itu, sambil menunggu pembayaran properti lunas, maka bisa disewakan sehingga pembayaran sewa dapat digunakan untuk membayar cicilan.
“Modalnya modal sedikit, maka sambil nyicil bisa disewakan lagi. Kalau sudah lunas bisa dijaminkan dan uangnya bisa diinvestasikan kembali,” katanya.
Ketiga, apabila properti lunas maka bisa dijaminkan kembali ke perbankan untuk memperoleh uang yang dapat digunakan untuk kembali berinvestasi.
Hal yang menarik dalam berinvestasi properti, yakni wujud fisik property sangat jelas dan sulit untuk dicuri. Selain itu, dengan timing yang tepat dalam pembelian, harga properti pun bisa naik.
“Harga properti akan naik, tapi belinya harus benar. Enggak melulu cuan, jadi beli properti harus tepat. Misalnya melihat prospek lokasi, harus bisa memiliki properti yang baik, karena tiap proyek dan unit ada karakteristik keunggulan masing-masing,” jelasnya.
Menurutnya, berinvestasi properti juga perlu melihat perkembangan kawasan internalnya, seperti kawasan besar mixed-use harus melihat apakah ada area komersial di dalam kawasan tersebut atau tidak.
Selain itu, perlu juga melihat fasilitas apa saja yang ada di dekat lokasi tersebut. “Yang penting dilihat pula infrastruktur yang ada dan juga proyek infrastruktur yang akan datang, apakah kawasan tersebut termasuk akses transportasi seperti MRT maupun LRT,” ucapnya.
Dia menjelaskan, agar memperoleh keuntungan dalam berinvestasi properti memang perlu membeli properti saat masih inden. Hal itu memungkinkan tercapainya capital gain.
“Dengan beli proyek residensial inden memang capital gain-nya ada. Indennya harus hati-hati, karena ada beberapa masalah, sehingga memang harus lihat sepak terjang pengembangnya,” ujarnya.
Secara timeline, lanjutnya, investasi bisa dilakukan dengan membeli properti dalam kondisi harga yang rendah dan menjualnya saat harga tengah tinggi.
Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli properti, karena sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah dan Bank Indonesia bisa dimanfaatkan dengan optimal.
“Saat ini pemerintah tengah memberikan sejumlah stimulus, daya beli masih ada, vaksinasi berjalan dengan baik, sektor komoditas pun oke, sehingga menjadi waktu yang tepat untuk membeli properti,” ucapnya.
Masyarakat, katanya, tidak perlu khawatir untuk berinvestasi di sektor properti, karena terbukti bisa cepat pulih dari gelombang kedua pandemic Covid-19. “Kami yakin apabila ada gelombang ketiga pandemic Covid-19 pun sektor properti akan siap,” ujarnya.