Bisnis.com, JAKARTA - PT Sucofindo (Persero) dan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mendukung upaya mitigasi penanganan krisis iklim, khususnya dalam konteks penurunan emisi karbon dan kelestarian keanekaragaman hayati.
Dukungan tersebut disampaikan pada pertemuan ke-26 Conference of the Parties (CoP26) yang berlangsung di Glasgow, United Kingdom sejak 31 Oktober sampai dengan 12 November 2021. Salah satu tema yang diusung adalah Green and Smart Ports In Climate Actions.
Direktur Utama Sucofindo Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan pihaknya merespon beberapa isu strategis dan merujuk beberapa peraturan pada saat memulai studi dan mengembangkan Green Port Guideline.
Salah satunya, kata Mas Wigrantoro, merujuk pada Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 51/2015, dan perhatian terhadap isu penggunaan konsumsi energi yang efisien, penggunaan energi terbarukan, dan aspek lingkungan.
"Kami telah mendampingi Pelindo dan beberapa pelabuhan di Indonesia untuk menerapkan Green Port Guideline," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (5/11/2021).
Dia menyebut interaksi dengan Pelindo sangat intens. Mereka memastikan bahwa parameter-paramater yang disepakati para pihak dapat terukur dan memenuhi standar yang disepakati sehingga dapat memastikan bahwa guideline ini dapat diimplementasikan.
Baca Juga
Menurutnya, kunci sukses dalam implementasi pengembangan Green Port yaitu keterlibatan intensif, memanfaatkan berbagai sumber dalam beradaptasi dan menerapkan pedoman Green Port, melakukan peningkatan secara terus menerus terhadap kriteria penilaian dan impact yang terukur.
"Setelah sukses berkolaborasi dengan pelabuhan dalam mengembangkan penerapan Green Port Guideline, maka saat ini Sucofindo mendorong pelabuhan transisi penerapan kepada tahap selanjutnya yaitu Smart Port," sebutnya.
Lebih lanjut dia berharap implementasi Smart port pelabuhan ini dapat meningkatkan produktivias dan efisien dalam proses bisnis. Hal ini merupakan respons selanjutnya untuk mengadaptasi tantangan Industri 4.0 dengan menyelaraskan prinsip-prinsip dan perspektif internasional tentang Smart Port ke pelabuhan di Indonesia dan mensinergikan aksi mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Arif Suhartono mengaku bahwa setelah PT Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV (Persero) resmi menjadi satu yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Persero) melalui proses merger, salah satu program terpenting mereka adalah standarisasi operasi termasuk digitalisasi.
Menurut dia, digitalisasi di pelabuhan ini merupakan inisiatif yang sejalan dengan program penghijauan, dikarenakan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dalam proses operasional, pengelolaan limbah yang ramah lingkungan serta waktu bongkar muat yang lebih cepat sehingga mengurangi waktu tunggu kapal di pelabuhan.
“Program digitalisasi ini juga harus diikuti dengan digitalisasi para pemangku kepentingan sehingga seluruh proses bisnis menjadi lebih efisien,” imbuh Arif.
Sementara itu dalam pertemuan CoP26, Wakil Menteri BUMN 1 Pahala Nugraha Mansury menyampaikan bahwa dalam mencapai target untuk menurunkan emisi karbon, Kementerian BUMN melakukan kolaborasi melalui perusahaan-perusahaan BUMN.
Dia menilai Green Port Guideline merupakan salah satu upaya penting dalam mengurangi emisi karbon, yang telah dikembangkan oleh Sucofindo sebagai perusahaan surveyor untuk mengukur terhadap standar-standar yang sudah ditentukan.
"Kami optimis bahwa perusahaan surveyor yang kita miliki dapat menggerakan perkembangan pada klaster-klaster industri termasuk di dalamnya terkait dengan pengurangan emisi di Indonesia," ujarnya.