Bisnis.com, JAKARTA - Garuda Indonesia (GIAA) dinilai tengah berada di situasi tersulit. Di sisi lain, Pelita Air disebut-sebut sedang disiapkan untuk menggantikan layanan penerbangan berjadwal nasional tersebut.
Menurut pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman, Garuda Indonesia sepertinya butuh kompetisi termasuk kompetisi antar maskapai BUMN.
Meski begitu, dia menilai posisi Garuda Indonesia tidak mudah digantikan dengan maskapai lain termasuk Pelita Air, maskapai penerbangan milik PT Pertamina (Persero).
"Pemerintah sepertinya melihat Garuda butuh kompetisi, enggak sekedar kompetisi tapi juga kompetisi antar maskapai BUMN," katanya kepada Bisnis.com, Jumat (5/11/2021).
Gerry menyebut bukan jalan keluar sebenarnya hadirnya Pelita Air menggantikan jadwal penerbangan nasional yang selama ini dilayani Garuda Indonesia.
Hal itu, lanjutnya, dikarenakan maskapai berkode emiten GIAA itu memiliki sarana dan prasarana yang sangat besar, tidak sebanding dengan maskapai yang lain.
Baca Juga
"Bukan hal mudah menggantikan Garuda Indonesia. Meskipun Garuda sendiri akan menyusut ke sekitar 50-75 pesawat, dan Pelita akan sekitar 20-40 pesawat untuk rencana jangka pendeknya," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuka lebar opsi menutup Garuda Indonesia apabila negosiasi dan program restrukturisasi yang tengah dijalankan tak membuahkan hasil.
Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga menjelaskan kementerian di bawah Erick Thohir saat ini sedang melakukan sejumlah pembenahan terhadap perusahaan BUMN yang tidak sehat.
Sebagai tindak lanjutnya, Kementerian BUMN hanya meminta alokasi Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi perusahaan pelat merah yang menjalankan proyek penugasan dan bukan untuk menutupi hutang mereka.