Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank sentral di dunia telah berkomitmen untuk memasukkan poin perubahan iklim dalam keputusan dan mandat kebijakannya yang berpotensi memengaruhi aset keuangan yang nilainya triliunan dolar AS.
Bahkan, beberapa lainnya mempertimbangkan penalti atas jaminan yang terkait dengan emisi. Sementara yang lain lebih memilih memaksa bank untuk secara langsung menghadapi risiko melalui uji stres yang menambahkan biaya ke neraca mereka.
Perbankan, asuransi, dan investor tidak bisa mengabaikan kerusakan lingkungan maupun transisi ke ekonomi hijau merupakan risiko keuangan. Regulator berupaya untuk mendorong lembaga keuangan menjauhkan sistem dari pendanaan bahan bakar fosil.
Pada malam konferensi COP26, Bank of England (BOE) mengancam perusahaan yang gagal mengelola risiko iklim mulai 2022.
"Kami akan mengubah roda gigi mulai tahun depan," kata Bank of England Deputy Governor Sam Woods, seperti dikutip Bloomberg pada Rabu (3/11/2021).
Peringatan bank sentral menggemakan yang selama ini disuarakan oleh para ilmuwan dan aktivis selama bertahun-tahun.
Baca Juga
Tentu peringatan ini tidak bisa dianggap sebelah mata lantaran regulator juga memiliki kekuatan untuk menghukum bank yang memiliki hubungan kuat dengan industri penyumbang polusi dengan memerintahkan mereka menahan lebih banyak modal.
Gubernur BOE Andrew Bailey dan Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa Frank Elderson juga akan mengangkat permasalahan ini dalam pidatonya pada Rabu di hadapan gubernur-gubernur bank sentral dan menteri keuangan di Glasgow.
Namun, tidak semua institusi memiliki keseriusan yang sama. Seperti halnya Federal Reserve yang agak lamban, meskipun ada Janet Yellen yang mengepalai Kementerian Keuangan.
Yellen telah menyuarakan di depan para pemimpin institusi keuangan agar menyalurkan lebih banyak modal untuk mendukung misi penyelamatan iklim.
Kendati demikian, merambahnya peran regulator yang menangani permasalah iklim telah memicu kontroversi dan menganggap lebih baik diserahkan kepada politisi. Sementara itu, aktivis lingkungan menilai regulator terlalu pasif.
"Ketika para teknokrat terjun ke dalam gerakan lingkungan, mereka membangun kesadaran yang telah dilakukan para aktivis. Untuk alokasi aset, hal itu membuat respons perubahan iklim menjadi bagian dari tugas fidusia mereka," kata Yana Kakar, pakar pelestarian dan mitra pengelola global Dalberg Advisors.