Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan peluang ekspor Indonesia ke negara European Free Trade Association (EFTA) tidak hanya terkonsentrasi ke Swiss dengan IE-CEPA. Nilai ekspor diproyeksi tetap tumbuh sekalipun dalam skenario implementasi IE-CEPA tanpa negara tersebut.
Berdasarkan kajian prognosis ekspor Indonesia oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag, pemanfaatan IE-CEPA bisa meningkatkan ekspor RI dari US$1,16 miliar pada tahun pertama menjadi US$3,4 miliar pada tahun kelima.
Sementara, jika IE-CEPA berlaku tanpa Swiss, maka ekspor Indonesia pada tahun pertama akan menjadi US$1,09 Milyar dan pada tahun kelima menjadi sebesar US$3,2 miliar.
“Dua kondisi di atas menunjukkan bahwa baik dengan ada Swiss ataupun tidak, Indonesia memiliki prospek perluasan ekspor yang cukup tinggi,” kata Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor Kemendag Marthin ketika dihubungi, Senin (1/11/2021).
Melalui IE-CEPA, Marthin mengatakan beberapa komoditas mendapatkan privilese terbesar dalam kerangka perjanjian dan memiliki prospek kenaikan ekspor. Komoditas tersebut mencakup minyak kelapa sawit dan turunannya dalam kode HS 15, produk garmen, dan alas kaki.
Dia menjelaskan Indonesia bakal mendapatkan pengurangan pos tarif hingga 94,28 persen dari Islandia, 90,97 persen dari Norwegia, serta 99,65 persen dari Swiss dan Liechtenstein. IE-CEPa juga dia sebut merupakan komitmen terbaik yang diberikan anggota EFTA ke mitra dagangnya.
Baca Juga
“Bagi Indonesia IE-CEPA meningkatkan profil sawit Indonesia menghadapi sentimen negatif pasar Eropa,” katanya.
Melalui IE-CEPA, negara-negara Eropa akan terbuka dengan komitmen EFTA dalam mendukung kampanye positif, penggunaan standar dan value chain yang berkelanjutan. Terutama untuk produksi yang dapat meningkatkan daya saing produk.