Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi importir daging menyebut stok daging sapi beku dalam kondisi sangat cukup. Namun ada potensi kenaikan harga karena hal tersebut.
"Perkembangan data per awal Oktober penjualan malah turun. Stok sangat banyak dan bahkan teman-teman sampai mencari gudang untuk menyimpan," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri, Minggu (9/5/2021).
Selain imbas dari harga impor yang tinggi, Suhandri mengatakan terdapat tambahan biaya tidak terduga akibat pembenahan sistem CEISA di bea cukai pada Juli 2021.
"Ada ledakan biaya karena penyimpanan untuk daging sapi khusus, perlu pendingin. Proses di bea cukai yang biasanya hanya 2–3 hari mencapai 12 hari," katanya.
Suhandri belum mengetahui penyesuaian harga di konsumen akibat situasi ini. Namun dia memberi ilustrasi kenaikan biaya penyimpanan dari Rp12 juta dan bisa menembus Rp100 juta di sejumlah importir.
Sebelumnya, Kemendag menyatakan penambahan izin kuota daging kerbau telah dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi daging sapi/kerbau langsung dan industri pada periode Natal dan Tahun Baru 2022.
Adapun impor daging kerbau asal India oleh Perum Bulog telah terealiasasi sebanyak 54.180 ton. Sementara, impor daging sapi asal Brazil oleh PT Berdikari telah terealisasi sebanyak 3.472 ton.
Per 15 Oktober, stok daging sapi mencapai 46.800 ton dengan ketahanan 0,61 bulan. Impor daging kerbau untuk Agustus 2021 yang sempat direncana Perum Bulog berjumlah 13.720 ton dan daging sapi asal Brasil oleh PT Berdikari sebanyak 3.752 ton.
Stok di anggota Aspidi, kata Suhandri tercatat mencapai 12.000 ton. Pada masa normal, stok yang tersimpan di gudang biasanya hanya mencapai 4.000 sampai 5.000 ton.
"Mungkin efek PPKM masih terasa sampai sekarang. Meski sudah ada pembukaan kami perkirakan tidak akan langsung naik signifikan sampai akhir tahun nanti," kata dia.