Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura Teken MoU Impor Listrik 7 GWp dari Indonesia

Perusahaan solar energi asal Singapura Sunseap Group menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan sejumlah perusahaan untuk mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia. Energi tersebut akan diimpor Singapura sebesar 7 gigawatt peak (GWp).
Ilustrasi. Penampakan udara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sebira 400 kWp./Dok. PLN Enjiniring
Ilustrasi. Penampakan udara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sebira 400 kWp./Dok. PLN Enjiniring

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan solar energi asal Singapura Sunseap Group menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan sejumlah perusahaan untuk mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia. Energi tersebut akan diimpor Singapura sebesar 7 gigawatt peak (GWp).

MoU dilakukan Sunseap dengan sejumlah perusahaan asal Indonesia maupun internasional. Beberapa di antaranya PT Mustika Combol Indah, PT Agung Sedayu, Sumitomo Corporation, Samsung C&T Corporation, Oriens Asset Management, dan Durapower Group.

Konsorsium menyepakati pengembangan kapasitas gabungan sistem tenaga surya sebesar 7 GWp yang akan dilakukan di Kepulauan Riau. Kerja sama itu merupakan MoU lanjutan setelah sebelumnya mengumumkan PV surya terapung 2,2 Gwp di Duriangkang, Batam.

Kapasitas gabungan sistem tenaga surya 7 GWp adalah salah satu proyek energi bersih interkoneksi lintas batas terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, proyek itu juga akan membantu Singapura dan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi bersih.

Beberapa pulau di Kepulauan Riau yang sedang dipertimbangkan untuk proyek tersebut antara lain Citlim dan Combol. Rencananya, penyaluran listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)  ke Singapura dilakukan melalui kabel listrik bawah laut.

Apabila ditambah dengan beberapa sistem penyimpanan energi dengan total lebih dari 12 gigawatt hour (GWh), Singapura akan menerima 1 GW energi bersih rendah karbon non-intermiten dari Indonesia.

Kesepakatan tersebut diumumkan saat agenda Asian Clean Energy Summit di the Sands Expo and Convention Centre, Selasa (26/10/2021).

Dengan menghubungkan sistem PV dari berbagai pulau, konsorsium dimungkinkan mencapai skala ekonomi. Apalagi pengiriman listriknya akan dilakukan dengan mengoptimalkan kapasitas kabel bawah laut baru ke Singapura.

“Hal ini akan membantu menurunkan biaya transmisi, sehingga mengurangi biaya impor listrik rendah karbon ke Singapura, dan pada akhirnya menghasilkan listrik rendah karbon yang lebih terjangkau bagi konsumen di Singapura,” tulis keterangan resmi Asian Clean Energy Summit.

Konsorsium tersebut bertujuan untuk mencocokkan impor listrik rendah karbon Singapura sebesar 1,2 GW pada 2027, dan 2,8 GW pada 2035. Secara keseluruhan, total kebutuhan impor listrik rendah karbon Singapura menjadi 4 GW.

Proyek itu direncanakan akan diluncurkan oleh Energy Market Authority (EMA) dalam 2 permintaan proposal (RFP) terpisah.  Konsorsium tersebut bertujuan untuk menjadi salah satu pihak yang membantu memenuhi 20–25 persen dari 4 GW impor listrik rendah karbon Singapura.

Co-Founder dan Chief Executive Officer Sunseap Frank Phuan mengatakan, MoU tersebut akan menjadi salah satu proyek energi bersih yang paling penting bagi Singapura dan Indonesia. 

“Dengan menghubungkan berbagai pulau dengan PLTS untuk akhirnya menciptakan sistem 7 GWp, kami dapat lebih mengoptimalkan kabel bawah laut yang mengarah pada pengurangan biaya transmisi, serta menghadirkan energi bersih rendah karbon yang lebih terjangkau bagi semua orang di Singapura dan Indonesia,” katanya.

Dia menjelaskan, pengaturan tersebut akan membuat kapasitas pembangkit gabungan dapat menghasilkan dan mengirimkan 1 GW energi bersih non-intermiten untuk Singapura dan Indonesia.

Hal itu juga akan menjadikan Singapura dan Batam sebagai gerbang dan hub energi bersih di Asean.

Di sisi lain, Durapower sebagai salah satu perusahaan yang terlibat merupakan pemimpin global dalam penyimpanan baterai.

Perusahaan itu diharapkan bisa berkontribusi dan membantu membangun banyak fasilitas penyimpanan energi yang diperlukan untuk menciptakan listrik rendah karbon 1 GW non-intermiten di Singapura.

Sementara itu, Sunseap juga berencana menjajaki lebih banyak wilayah di sekitar Kepulauan Riau untuk meningkatkan kapasitas keseluruhan, dan lebih mengoptimalkan kapasitas yang ditentukan dari kabel bawah laut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper