Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan inflasi akan terus terjadi pada paruh pertama 2022, tetapi dia membantah kritikan bahwa AS tak dapat mengendalikannya.
Dilansir Bloomberg pada Senin (25/10/2021), inflasi diperkirakan akan mereda pada semester II/2022 lantaran serangkaian permasalahan seperti gangguan pada rantai pasok, kekurangan tenaga kerja, dan faktor lainnya setelah penyebaran Covid-19 meningkat. Yellen mengatakan negara sedang tertekan untuk sementara ini.
"Saya pikir kami tidak sedang kehilangan kendali terhadap inflasi. Orang Amerika belum melihat inflasi seperti yang pernah kami alami sejak lama. Namun, seiring kita beranjak ke situasi normal, [kami] mengharapkan [kenaikan harga] akan segera berakhir," ujarnya kepada CNN.
Pada Jumat, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menunjukkan kekhawatirannya terhadap tingginya inflasi. Pada saat yang sama, dia telah menyatakan bahwa bank sentral AS segera mulai tapering pada pembelian obligasi, meskipun tidak akan langsung menaikkan suku bunga.
Indeks S&P 500 melaporkan penurunan pertama kalinya dalam 8 hari terakhir pada saat patokan treasury menguat sehingga imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun turun signifikan sepanjang 2 bulan.
Ekspektasi inflasi tetap tinggi dan suku bunga yang dipertahankan oleh investor akan bertaruh pada keputusan The Fed yang akan menaikkan suku bunga paling tidak sekali setiap tahunnya.
Baca Juga
Terkait dengan pemilihan gubernur bank sentral yang baru, Yellen membantah bahwa dia memengaruhi Presiden Joe Biden untuk memilih Powell kembali. Namun, dia mengakui regulasi keuangan AS "sangat diperkuat" di bawah kepmimpinan Powell.
"[Seiring dengan tekanan pandemi terhadap pasar keuangan], inti dari sistem finansial kita sangat baik karena adanya peningkatan pada likuiditas modal, manajemen risiko, pengujian tekanan. Dan perbaikan itu tetap ada selama rezim Powell," kata Yellen.