Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) memperkirakan target bauran energi baru terbarukan hingga 23 persen pada 2025 akan molor dari jadwal, meski pemerintah telah memiliki perencanaan yang matang.
Wakil Ketua Umum I Masyarakat Kelistrikan Indonesia Chairani Rachmatullah mengatakan bahwa selama ini kontribusi penambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan masih dipegang PT PLN (Persero).
Dalam perjalannya, PLN telah memiliki daftar rencana untuk mencapai target dalam empat tahun mendatang. Akan tetapi, kendala di lapangan tidak dapat dihindarkan.
Beberapa di antaranya kendala pada tahap negosiasi, tahapan lelang, maupun saat Contract Discussion Agreement (CDA). Bahkan, rencana tersebut bisa saja tersangkut perkara perizinan hingga mengenai analisis dampak lingkungan (Amdal).
“Saya rasa akan ada delay karena operasional tadi, bukan karena tidak ada pembangkitnya, atau bukan karena tidak ada perencanaannya,” katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Dia menyebut bahwa proses memperbesar bauran energi baru terbarukan (EBT) terus dikebut. Hingga akhir tahun nanti, PLN juga akan menambah kapasitas EBT hingga 200 MW.
Baca Juga
“Secara rencana sudah ada, eksekusinya ada. [hanya masalah saat di lapangan],” katanya.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat capaian bauran energi baru terbarukan stagnan pada kisaran 11 persen. Angka itu masih jauh dari target bauran EBT 23 persen pada 2025.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa secara persentase, bauran energi terbarukan tahun ini turun 0,2 persen dibandingkan dengan 2020.
“Realisasi hampir 11 persen, turun 0,2–0,3 persen karena pencatatan menggunakan posisi Agustus dan juga ada kenaikan dari sisi yang pembangkit listrik berbasis fosil,” katanya.
Kementerian mencatat penambahan kapasitas pembangkit EBT telah mencapai 376,04 megawatt (MW) hingga kuartal III/2021. Adapun, target bauran energi bersih hingga akhir tahun ini mencapai 875,78 MW.