Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Pasar Tinggi, Pengusaha Minta Insentif Pajak Properti Diperpanjang ke 2022

Perpanjangan periode pemberian insentif pajak PPN DTP dinilai sangat bermanfaat terutama untuk mendorong penjualan properti di Indonesia.
Ilustrasi - Deretan perumahan. /Antara Foto-Oky Lukmansyah-pd
Ilustrasi - Deretan perumahan. /Antara Foto-Oky Lukmansyah-pd

Bisnis.com, JAKARTA – Para pengusaha Properti yang tergabung dalam Real Estat Indonesia (REI) meminta agar insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) diperpanjang hingga akhir 2022. 

Ketua Umum REI Paulus Totok Lusida mengatakan perpanjangan kebijakan PPN DTP ini sangat bermanfaat terutama untuk mendorong penjualan properti di Indonesia.

"Kami telah meminta pemerintah untuk memperpanjang insentif PPN DTP hingga akhir tahun 2022. Ini belum tahu apakah nantinya diberikan atau tidak oleh pemerintah," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (24/10/2021). 

Dia berharap apabila nantinya dilakukan perpanjangan insentif PPN hingga 2022, tidak dikeluarkan secara mendadak atau mendekati akhir Desember 2021.

Totok mencontohkan kebijakan PPN DTP tahap awal yaitu periode Maret 2021 hingga Agustus 2021. Kala itu, aturan terkait dengan kebijakan tersebut justru keluar pada Agustus 2021.

"Jadi permennya itu keluar Agustus 2021 berarti efektif kita berjalan di September hingga Desember 2021," katanya. 

Dia menyebutkan, mepetnya penerbitan beleid itu berdampak pada aktivitas penjualan properti.  Sebab, untuk membangun sebuah hunian membutuhkan waktu sekitar enam sampai dengan delapan bulan. Dengan demikian apabila aturan perpanjangan insentif PPN tersebut terlambat diumumkan, maka akan berpengaruh pada penjualan.

"Ini tentu jadi pembelajaran untuk pemerintah, agar tidak mengeluarkan kebijakan di injury time, mepet waktunya. Supaya kami bisa sepakat dengan end user," ucapnya. 

Menurut Totok saat ini antusiasme masyarakat yang memanfaatkan insentif PPN untuk membeli rumah tapak sangatlah besar. 

Hingga saat ini total stok kavling hunian komersil yang tersedia di berbagai wilayah di Indonesia adalah 17.420 kavling, sedangkan untuk non-subsidi tidak ada yang ready stok.  

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menuturkan kondisi sektor properti khususnya hunian rumah tapak terus mengalami perbaikan dan kenaikan penjualan. Hal ini dikarenakan sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah baik DP%, PPN DTP, dan bunga kredit yang rendah. 

"Tren saat ini mencatatkan tingkat penjualan rumah tapak lebih tinggi ketika pandemi dibandingkan sebelum pandemi. Pengembang pun berkomitmen dalam pembangunan rumah," tuturnya. 

Deputy CEO 99 Group Indonesia Wasudewan berpendapat rumah tapak masih jadi primadona pilihan masyarakat saat membeli properti.

"Tipe properti ini bahkan mengalami kenaikan peminat yang sangat tinggi dibanding tahun sebelumnya. Kita juga melihat adanya potensi baru dari tipe properti ruko yang semakin banyak dicari konsumen,” ujarnya

Dari segi harga, lanjutnya, properti dengan yang dipasarkan di bawah Rp400 juta sampai dengan Rp1 miliar rupiah masih menjadi yang paling diminati oleh lebih dari 50 persen konsumen saat ini.

Meskipun demand properti di kisaran harga tersebut mencapai hampir 60 persen, namun suplai yang ada 40 persen masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 

"Saat ini juga ada perubahan pola perilaku konsumen yang bermigrasi masif ke media digital. Perilaku tersebut mendorong naiknya minat investasi properti di kalangan masyarakat," terang Wasudewan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper