Bisnis.com, JAKARTA – Analisis yang dilakukan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) memperlihatkan bahwa Harga pangan nasional masih bisa ditekan. Rumah tangga di Indonesia diperkirakan bisa berhemat sampai Rp179.381 per bulan jika harga 7 komoditas lebih murah.
Kalkulasi ini mengacu pada pantauan Indeks Bulanan Rumah Tangga (Bu RT). Indeks Bu RT mengamati pengeluaran untuk pembelian bahan pangan pokok masyarakat Indonesia dibandingkan dengan pengeluaran serupa di Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
“Jumlah yang bisa dihemat sangat berpengaruh bagi keluarga berpenghasilan rendah. Mereka bisa mengalokasikan uang ini untuk kebutuhan lain, seperti biaya kesehatan atau sewa rumah,” kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Setiawan dalam siaran pers, Selasa (19/10/2021).
Penghematan dihitung dengan mengalikan perbedaan harga komoditas pangan di Indonesia dan harga terendah komoditas pangan di negara lain dengan tingkat rata-rata konsumsi tiap komoditas. Hasilnya kemudian dikalikan dengan jumlah rata-rata anggota keluarga Indonesia, yaitu empat orang.
CIPS mencatat tingginya harga 7 komoditas pangan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah inefisiensi proses produksi, keterbatasan stok hingga penyerapan pasar yang masih rendah akibat kebijakan pembatasan sosial.
“Harga komoditas pangan yang tinggi dan berkurangnya penghasilan keluarga berpenghasilan rendah di masa pandemi telah membuat mereka lebih memilih mengonsumsi pangan yang mengenyangkan dan murah dibandingkan dengan yang bergizi,” tambah Indra.
Baca Juga
Pada September 2021, BPS mencatat deflasi sebesar 0,04 persen karena adanya penurunan harga di beberapa kelompok pengeluaran termasuk makanan,minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,4 persen.
Data Indeks Bu RT menunjukkan penurunan harga terjadi pada beberapa komoditas pangan, seperti minyak goreng, telur, bawang merah, bawang putih, garam beryodium, beras, dan cabai merah. Namun pada saat yang sama terjadi kenaikan harga di beberapa komoditas seperti gula, ayam, dan daging sapi.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, harga daging sapi naik 3,7 persen dari Rp159.899 per kilogram (kg) menjadi Rp165.833 per kg pada September 2021. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, kenaikan harga sapi bakalan di negara-negara pengekspor sejak pertengahan 2020 berada di balik kenaikan itu.
“Hal ini perlu diwaspadai pemerintah dengan terus memantau parameter harga dan ketersediaan stok. Jangan menunggu sampai terjadi kelangkaan dan harga makin tidak bisa dijangkau,” katanya.
Harga ayam sedikit naik dari Rp36.556 per kg menjadi Rp36.733 per kg karena kenaikan harga input, seperti harga day one chicken (DOC) broiler yang berada di atas harga acuan dan kenaikan harga pakan imbas harga bahan baku yang tinggi.
Penurunan harga telur sejak Juni 2021 masih berlanjut menjadi Rp24.694 per kg pada September dari Rp26.700 per kg pada Agustus 2021. Kemendag menyatakan produksi telur yang berlebihan dan permintaan yang melemah terutama akibat pembatasan mobilitas sebagai bagian dari kebijakan pengendalian Covid-19 sebagai pemicu tren harga telur.
Cabai merah juga mengalami penurunan tajam pada periode Agustus-September dari Rp59.611 menjadi Rp52.833 per kg. Sementara harga rata-rata bawang merah turun tipis dari Rp79.389 menjadi Rp78.472 per kg.
Kementerian Pertanian dan Asosiasi Petani Cabai menyatakan telah terjadi kelebihan pasokan di beberapa daerah yang disertai penurunan permintaan selama pandemi, sementara harga bawang merah mungkin akan terus tertekan karena akan memasuki musim panen.