Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga berbagai komoditas pangan dan energi di level global berimbas pada sektor penjualan ritel. Penyesuaian harga pun menjadi hal yang tak terhindari.
Pengamat ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo menilai, para peritel dihadapkan pada pilihan yang terbatas. Kenaikan harga produk ritel terjadi secara global.
“Kenaikan harga pangan ini masalah global. Sulit dihindari karena banyak bahan baku yang dipakai Indonesia masih impor,” kata Yongky, Sabtu (16/10/2021).
Dia mengatakan, solusi jangka pendek terletak pada kebijakan pemerintah dalam menjaga daya beli. Yongky memberi contoh pada kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara bertahap mulai tahun depan, serta rencana pengenaan cukai pada makanan dan minuman kemasan plastik sekali pakai.
“Solusi dekat, daya beli jangan diganggu. Misalnya dengan penerapan PPN [baru] dan cukai plastik. Kalau bisa pemerintah membantu deal harga impor murah bersama dengan swasta,” katanya.
Untuk jangka menengah, dia mengatakan bahwa pemerintah perlu memastikan kebutuhan pasar bisa terus dipenuhi dengan produksi di dalam negeri. Pemerintah juga diharapkan dapat memulai menerapkan amanat Undang-Undang Cipta Kerja, sehingga iklim usaha lebih baik.
Baca Juga
“Kenaikan harga ini sudah diprediksi bulan lalu. Jadi bagi peritel perlu menjalankan secara disiplin langkah-langkah bisnis yang telah direncanakan karena ekonomi nasional mulai aktif lagi,” kata Yongky.
Aktivitas penjualan ritel, menurut laporan Kementerian Perdagangan, didominasi oleh fast moving consumer goods (FMCG) yang diperdagangkan, baik di pasar tradisional maupun modern.
Namun, sebagian besar produk makanan dan minuman olahan masih mengandalkan bahan baku atau penolong impor. Hal itu menjadi tantangan sendiri seiring dengan tingginya harga komoditas pangan global.
Indeks harga pangan FAO memperlihatkan harga pangan dunia menyentuh level tertinggi dalam 10 tahun terakhir pada September 2021. Bulan lalu, indeks harga pangan mencapai 130,0 poin, naik 1,2 persen dibandingkan dengan Agustus 2020 dan 32,8 persen dibandingkan dengan September 2020.